Page 148 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 148
sama-sama," bujuk rayu tak pernah lagi bahkan tim bul
kekejaman, kekerasan dan kekejian.
Kerja wajib/paksa dilakukan bagi kaum pria sebagai
romusha. Mereka bekerja keras tanpa balas jasa atau jamin-
an hidup, semua tertuju untuk keperluan perang dan kepen-
tingan pemerintah Jepang. Yang malas dan tidak membantu
Jepang dicurigai sebagai mata-mata sekutu.
Lain pula halnya bagi kaum wanita. Ibu-ibu yang suami-
nya sudah menjadi romusha, mereka harus bekerja kebun
dan ladang. Berbagai tanaman palawija harus ditanam dan
hasilnya dikumpulkan dengan harga rendah sekali untuk
keperluan perang. Kadang-kadang dengan alasan dibuat-
buat hasil tani rakyat diam bil tan pa harga. Bagi wanita yang
tak bersuami ada yang dipaksa atau terpaksa hidup sebagai
peng~ibur nafsu tentara J epang. Pendek kata kehidupan
masyarakat mengalami kemerosotan moral dan kehancuran
material. Toketai (Polisi Militer) Jepang dengan mudah
memberikan hukuman militer bagi siapa saja yang mengeluh.
Hukuman yang dikenakan pasti tindakan aniaya secara
kejam. Dengan demikian suasana masyarakat diwarnai oleh
kebencian dan ketakutan.
3. Sosial budaya
Untuk mem ben tuk generasi Indonesia yang benar-benar
menguntungkan pembinaan semangat Asia Timur Raya,
J epang me!ihat pentingnya peranan guru sekolah. Oleh sebab
itu sekolah perlu dikembangkan. Di samping karena sekolah
adalah wadah pembentukan generasi yang diharapkan
memiliki semangat dan jiwa yang berorientasi kepada ide
"Asia Timur Raya," juga sekolah merupakan kekuatan yang
bisa digerakkan secara cepat un tuk bekerja bagi keperluan
dan kepentingan pemerintah dan tentara Jepang.
Sekolah Desa (Volksschool) di zaman Hindia Belanda
dirobah namanya menjadi Futsu U Kogakko yang berkelas
II I. Sekolah Sam bungan (Vervolgsch ool) di zaman Hindia Be-
land a dirobah narnanya menjadi Jokyu Kogakko dan di-
139