Page 31 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 31
Situasi politik dalam negeri semakin memuncak, sebab
para bangsawan Buton berambisi untuk menduduki takhta
kesultanan. Api pertentangan senantiasa dikobarkan oleh
Pemerintah Belanda melalui politiknya. Pencalonan Sultan
Muh. Asikin Adil Rahim mendapat tantangan yang keras
dari Achmad Mak tu bu yang di ken al dengan gelar Y arona
Bola (bekas Raja Bola), yaitu sebuah desa di Kerajaan Buton
yang dikepalai oleh seorang bangsawan Belanda mendukung
Achmad Maktubu, karena Belanda tahu bahwa Asikin mem-
punyai jiwa keras dan mungkin menentang Belanda.
Perlu diketahui bahwa sesuai dengan Undang-undang
Dasar Kerajaan Buton (Murtabat Tujuh), pengangkatan
Sultan harus dipilih dari ketiga golongan kaum bangsawan
yaitu kaum Tanailandu, Tapi-Tapi dan Kumbewaha.
Muh. Asikin berasal dari golongan bangsawan Tapi-Tapi,
sedang penantangnya Achmad Maktubu berasal dari golongan
bangsawan Kumbewaha. Muh. Umar berasal dari golongan
Tanailandu sedang 3 orang Sultan sebelumnya berasal dari
1
golongan bangsawan Tapi-Tapi Kenaikan Muh. Asikin sebagai
Sultan Buton adalah merupakan Sultan IV dari golongan
Tapi-Tapi di antara 33 orang Sultan Buton yang telah berla-
ku. Jadi kenaikan Sultan Muh. Asikin ini telah memperun-
cing pertentangan antara golongan pendukungnya dengan
golongan saingannya.
Setelah pelantikan Sultan Muh. Asikin pada awal tahun
1906, maka beberapa bulan kemudian, yaitu pada bulan
April 1906, datanglah Residen Belanda Brugmans di Buton
dengan pasukan-pasukannya untuk menguasai Kerajaan
Bu ton.
Atas mufakat pembesar-pembesar kerajaan, Sultan
Muh. Asikin menyatakan tidak bersedia menandatangani
perjanjian lama antara Sultan dengan Belanda, yang oleh
Muh. Asikin dianggap lebih yang demikian ini.
Karena sikap Sultan ini, maka Brugmans mengadakan
tekanan politik dan tekanan militer sekaligus. Sementara
perundingan itu berlangsung dalam istana Sultan (di Desa
22