Page 34 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 34

Menurut  La  Ode  Rifai  (Lakina Wangentu) yaitu putera
            dari  La  Ode  Mane  Bulege,  sesungguhnya  peristiwa itu  men-
            dapatkan  restu  dari  Sultan  Muh.  Asikin.  Hanya  sayangnya
            saat  meletusnya  perlawanan  itu,  Sultan  Muh.  Asikin  telah
            mangkat  sebulan  lebih  dahulu,  meninggalkan  tekadnya yang
            mem baja.  Pada saat itu timbul kevakuman dalam pemerintah-
            an.
                 Dalam  bulan  Juli  1911  Pemerintah  Belanda di  Bau-Bau
            mengeluarkan  suatu  keputusan  pemungutan pajak bagi setiap
            kepala  keluarga.  Kesempatan  ini  dipergunakan  oleh  para
            pejuang untuk bangkit menentang Belanda.

          b.  Wujud  Perlawanan
                 Dari  hasil  pengamatan  rahasia  yang  dilakukan  oleh
            petugas-petugas  khusus  pasukan  penentang  Belanda, diputus-
            kan  bahwa  cara-cara  diplomasi  tidaklah  membawakan  hasil
            yang  memungkinkan.  Belanda  untuk  meninggalkan  Buton.
            Satu-satunya jalan yang harus ditempuh ialah menghadapinya
            dengan kekuatan senjata.

                 Menurut  pertimbangan  para  pimpinan  perjuangan, apa-
            pun  yang  akan  terjadi  kekuasaan  Belanda  harus  dikikis
            habis  dari  · permukaan  tanah  Buton.  Perbedaan  kekuatan
            senjata  bukan  masalah  bagi  seorang  pejuang  yang patriotik.
            Hidup  di  bawah  kaki  penjajah  adalah  merupakan  penyele-
            wengan  terhadap  falsafah  perjuangan  nenek  moyang  "lnda-
            Indamo  Karo  Somanaolipu "  7  )  . yang  berarti;  Biarlah  diri
            pribadi menjadi korban, asal untuk kepentingan negeri.

          c. Jalannya Perlawanan
                 Dalam  bulan  Juli  19 11 ,  pemungutan  pajak  per  kepala
            keluarga  mulai  berlaku  di  Buton  sementara  penghidupan
            rakyat  dalam  keadaan  krisis.  Pemungutan  pajak  dilakukan
            secara  paksa  dan  kekerasan  sehingga  masyarakat  meng-
            anggapnya  sebagai  suatu  ancaman  dalam  kehidupan  mereka.
                 Keadaan  yang  demikian  itu mendorong pasukan La Ode
            Boha  untuk cepat-cepat  bergerak. Karena  pemimpin gerakan


                                                                    25
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39