Page 43 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 43
adat kebesaran kerajaannya. Kepadanya diberi gelar Sangia
Nilemba yang berarti Raja yang diusung.
Perlawanannya diteruskan oleh Panglima perangnya
yang bernama Mbohogo dan I Ule. Mereka melakukan perang
gerilya di hutan-hutan. Tentara Belanda yang bermarkas
di kota merasa sangat terancam. Tugas patroli ke kampung-
kampung tidak dapat mereka laksanakan, sebab terkadang
pasukan patroli Belanda diserbu dari belakang sehingga
korban tak dapat dihindai.
Sayang sekali di suatu peristiwa di pinggir kota Toburi
di akhir tahun 191 2, di kala pasukan Polea yang dipimpin
oleh Mbohogo menyerbu pasukan operasi Belanda, Mbohogo
terjebak dalam perangkap musuh. Mbohogo ditawan pasukan
Belanda kemudian dibuang ke Nusakam bangan. Beliau
mengakhiri sejarah hidupnya di atas tiang gantungan.
Selang beberapa hari Jamanya, I Ule pun berhasil dijebak
oleh tentara Belanda. Ia dikirim ke Bau-Bau sebagai tawanan
perang. Di sana pun I Ule mengalami nasib yang sama. Ia
mati di tiang gantungan. Kepadanya diberi gelar Dalako I
Wolio. Maka berakhirlah perlawanan Sangia Dowo dengan
kemenangan di pihak Belanda.
d. Akibat Perlawanan
Akibat perlawanan rakyat Moronene di Toburi,
beberapa pemimpin rakyat menjadi korban. Belanda berhasil
menguasai pemerintahan di daerah itu dan mendirikan
Pemerintah Hindia Belanda. Raja-raja yang diangkat adalah
atas keputusan Pemerintah Belanda. Kedudukan raja atas
wilayah kekuasaannya, hanya merupakan boneka yang setiap
gerak lakunya diatur oleh Belanda.
Sejak itu kehidupan rakyat menjadi melarat. Bekerja
keras untuk kepentingan Belanda.
34