Page 45 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 45
Sebagai seorang Kepaia Distrik angkatan Belanda yang
harus melaksanakan kebijakan Pemerintah Belanda secara
konsekwen, maka di dalam menjalankan tugasnya terutama
dalam hal pemungutan pajak dan kerja rodi ia harus keras
dan bertangan besi, karena keberhasilan atau kegagalannya
itu sangat menentukan hidupnya.
Cara dan tindakan yang demikian ini sangat bertentang-
an dengan agama dan adat kebiasaan dalam kerajaan, sehingga
rakyat Laporo menganggap tindakan La Ode Sambira itu
merupakan pemerasan yang terlampau kejam dan di Iuar
batas-batas kemanusiaan. Mereka senantiasa membanding-
bandingkan dengan keadaan pemerintahan La Ode Muh.
Ali sebelum pemerintahan Belanda yang cukup bijaksana dan
memperhatikan nasib rakyatnya. 1 0 )
Tindakan La Ode Sambira ini menimbulkan puncak
kemarahan rakyat di saat ia memimpin pekerjaan rodi
di Pasar Wajo atas perintah dan pengawasan. Belanda pada
tahun 1915.
Behan pajak yang terlampau tinggi bagi rakyat Laporo
yang hanya hidup dengan hasil pertanian dari tanah mereka
yang gersang, mendorong orang-orang Laporo untuk lebih
baik memberontak dari pada menelan penderitaan.
b. Wujud Perlawanan
Satu-satunya pilihan yang paling baik bagi rakyat
Laporo yang merasakan penderitaan tekanan keras atas
kehidupan mereka ialah mengadakan pem berontakan. Hal itu
sesuai dengan falsafah hidup mereka "Lebih mulia mati
berdarah dari pada ma ti karena kelaparan."
Persepakatan rakyat untuk mem berontak ini didukung
oleh lawan-lawan politiknya La Ode Sambira, sehingga
sasaran pelampiasan dendam penderitaan mereka itu pertama-
tama akan membunuh Kepala Distrik yang Belandaisme itu.
Tindakan keras hams pula dibalas dengan kekerasan,
sehingga orang-orang Laporo yang berwatak keras itu
senantiasa menyusun kekuatan serta memantapkan persiapan
36