Page 171 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 171

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                pada 19 September 1945, yang dihadairi  Presiden Sukarno. Di hadapan
                puluhan ribu peserta rapat, Presiden Sukarno meminta kepada seluruh
                rakyat agar tenang dan menunggu perintah dalam keadaan siap sedia.

                        Hampir bersamaan dengan itu, tentara Sekutu mulai mendarat
                di  Indonesia.  Pendaratan  rombongan  perwira  Sekutu  Inggris  di
                Pelabuhan  Tanjung  Priok  pada  15  September  di  bawah  komando
                Southeast  Asia  Commanda  (SEAC)    dengan  tugas  mengurus  RAPWI
                (Rehabilitation  Allied  Prisoners).  Selanjutnya,  Kedatangan  Allied  Forces
                Netherlands East Indies (AFNEI) berlangsung pada 29 September  1945.
                Hal inilah yang membuat para pemuda Indonesia khawatir akan dijajah
                kembali  oleh  bangsa  asing,  terutama  Belanda,  karena  di  dalamnya
                membonceng  petinggi  dan  pasukan  Belanda  yang  tergabung  dalam
                Netherlands-Indies Civil Administration (NICA).
                        Dalam  suasana  yang  mulai  memanas,  pemerintah  membentuk
                Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945 dengan Letnan
                Jenderal  Oerip  Soemoardjo  sebagai  Kepala  Markas  Besar  Umum  TKR.
                Tentara  reguler  tersebut  dibentuk  pula  di  daerah-daerah  di  Indonesia,
                termasuk di Jawa Barat.
                        Saat  menjalankan  tugasnya,  sikap  tentara  Sekutu  kurang
                bersahabat.  Mereka  kerap  menerobos  batas  wilayah  pertahanan
                Republik dengan seenaknya. Alasannya, untuk membebaskan interniran,
                namun  dalam  beberapa  kesempatan  tentara  Sekutu  bertindak  kasar
                terhadap  peduduk.  Kondisi  ini  menimbulkan  bentrokan  fisik  dengan
                para pemuda  di  dalam  dan  luar  kota  Jakarta  hampir  setiap malam.
                                                                                  144
                Sekutu  kerap  mengerahkan  satu  batalion  infanteri,  dibantu  tank-tank
                dan  pesawat  udara  untuk  menyingkirkan  pertahanan  barisan  rakyat
                                                             145
                antara  jalan  Jakarta-Bogor  dan  Jakarta-Bekasi.   Para  pemuda  Jakarta
                yang  terdesak  merekayasa  agar  Bekasi  dijadikan  daerah  pencegatan
                kereta  api  dan  “pengadilan”  terhadap  pihak  musuh  maupun  mereka
                yang dianggap merugikan perjuangan.

                        Pencegatan kereta api yang sempat menghebohkan terjadi pada
                19 Oktober 1945. Saat itu kereta api dari Jakarta mengangkut tawanan
                tentara Jepang menuju Ciater. Rencananya, tentara Jepang yang telah
                menyerah itu akan dibawa ke Lapangan Terbang Kalijati, Subang, untuk
                selanjutnya dipulangkan ke Jepang. Namun, setibanya di Stasiun Bekasi,
                seluruh  gerbong  digeledah  oleh  Wakil  Komandan  TKR  Bekasi,  Letnan
                Dua  Zakaria  Burhanuddin.  Dari  sembilan  gerbong,  ternyata  ada  tiga



                                                                                 159
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176