Page 173 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 173

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                dapat  ditegakkan.  Begitu  pula  pengambilalihan  alat-alat  perlengkapan
                dari  tangan-tangan  instansi-instansi  sipil  lainnya  berlangsung  dengan
                mudah. Pada 1 Oktober 1945 dilakukan pengoperan kekuasaan secara
                resmi  dari  Syucokan  kepada  Residen  Bogor  R.  ljok  Mohammad  Sirodz
                Harjawinangun.  Serah  terima  tersebut  disaksikan  oleh  sekitar  30  ribu
                penduduk  yang  berkerumun  di  sepanjang  jalan  dan  di  depan  kantor
                            150
                keresidenan.
                        Setelah upacara pengibaran bendera merah putih, Residen Ijok
                membacakan  teks  proklamasi  dan  menyatakan  bahwa  kekuasaan
                Syucokan  sudah  dipegang  oleh  Residen.  Ijok  meminta  supaya  rakyat
                pulang  dengan  aman  memegang  disiplin  dan  siap  sedia.  Atas  nama
                semua pegawai dan tokoh Bogor, Barnas mengucapkan sumpah setia
                kepada Sukarno-Hatta. Sedangkan bekas Fuku Syucokan, Ajengan Haji
                Akhmad Sanusi, mendoakan agar Indonesia tetap merdeka.

                        Ketua KNID Bogor, Umar Sanusi, mengeluarkan maklumat yang
                isinya menyerukan  kepada  seluruh  penduduk Bogor  agar menegakkan
                keamanan  dan  ketenteraman  umum  supaya  Indonesia  terjamin
                kemerdekaannya,  selalu  siap  sedia  berdiri  di  belakang  Residen  dan
                pemerintah  Republik  Indonesia,  menjalin  hubungan  dengan  Sekutu
                serta bangsa dan golongan lain dengan dasar disiplin dan diplomasi.
                                                                                 151
                        Meski Residen Ijok meminta seluruh pegawai menjadi pegawai
                Republik  Indonesia,  namun  di  beberapa  tempat,  seperti  di  Cibarusah,
                para  pamong  praja  dan  polisi  bentukan  Jepang  membubarkan  diri.
                Kekosongan pegawai itu membuat  gerombolan Pak Macan menguasai
                keadaan.  Ledakan  huru-hara  terjadi  di  distrik  Depok.  Penduduk  yang
                beragama Kristen yang pada masa Hindia Belanda amat rapat dengan
                penjajah, menjadi korban  rakyat,  karena  dianggap  sebagai mata-mata
                        152
                Belanda.
                        Kabar  pengambilalihan  jabatan  Sucokan  dari  Jepang  kepada
                Residen Ijok disampaikan Kepala BKR Sukabumi K. Acun Basuni kepada
                ribuan rakyat yang membanjiri halaman Gedung Societeit Soekamanah.
                Dia  menjelaskan  bahwa  serah  terima  kekuasaan  hanya  di  tingkat
                keresidenan,  sedangkan  untuk  tingkat  kabupaten,  pelaksanannya
                ditangguhkan.   Selanjutnya,  para  pemimpin  Sukabumi—K.  Acun
                              153
                Basuni,  S.  Waluyo,  dan  Ali  Basri—menemui  pimpinan  KNID  dan  BKR
                untuk menetapkan aksi perebutan kekuasaan, yang dilanjutkan dengan
                pembentukan  panitia  lima.  Panitia  lima  tersebut  adalah  Suryana  dari



                                                                                 161
   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178