Page 172 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 172

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                gerbong  yang  berisi  tawanan  Jepang.  Masing-masing  gerbong
                berjumlah sekitar 30 orang, sehingga semuanya berjumlah 90 orang.
                        Mereka  menunjukkan  surat  perintah  jalan  dari  menteri
                Soebardjo  yang  dibubuhi  tanda  tangan  Presiden  Sukarno.  Namun
                nahas,  salah  seorang  dari  tawanan  kedapatan  membawa  senjata  api
                dan  sempat  melakukan  perlawanan,  sehingga  terjadi  pertempuran.
                Ratusan  pejuang  bersenjata  tajam  menaklukkan  dan  membunuh  90
                tentara  Jepang  di  Stasiun  Bekasi  hingga  Kali  Bekas.  Jenazah  mereka
                dihanyutkan di Kali Bekasi.
                                         146
                        Pemimpin  Republik  dan  Jepang  di  Jakarta  terperangah  atas
                insiden  kali  Bekasi  tersebut.  Sementara  sekutu  tidak  dapat  berbuat
                banyak.  Sebagai  tanda  tanggungjawab  terhadap  dunia  internasional
                dan  dalam  rangka  menenangkan  Bekasi,  pada  25  Oktober  1945
                Presiden Sukarno datang ke Bekasi. Di hadapan rakyat Bekasi, Sukarno
                meminta agar rakyat jangan mencampuri urusan kereta api dan jangan
                                        147
                mengacaukan perjalanan.
                        Kepala Kepolisian Republik Indonesia Laksaman R. Soekanto dan
                pegawai  menteri  Luar  Negeri  Budiarto  menghadap  Laksamana  III
                Maeda.  Maeda  yang  didampingi  Staf  Armada  Selatan  ke-II  Kinoshita
                dan  Nishizima  marah.  “Hal  ini  dapat  dipandang  sebagai  bukti  bahwa
                bangsa  Indonesia  dengan  sikap  yang  demikian  itu  tidak  mempunyai
                pendirian  yang  teguh  di  dunia  ini.”  Dengan  nada  menyindir  Maeda
                menilai,  “Kalau  Pemerintah  Republik  Indonesia  tidak  bisa  mengatur
                rakyat  dan  tidak  bisa  mencegah  kejadian  semacam  ini,  maka  dengan
                sangat  menyesal  hal  itu  berarti  bahwa  Republik  Indonesia  tidak  akan
                berdiri  sebagai  Pemerintah  modern.”  R.  Soekanto  mengatakan  bahwa
                “Bekasi  itu  sebagaimana  Paduka  Tuan  ketahui,  ialah  suatu  daerah  di
                mana  rakyat  belum  sama  sekali  tunduk  kepada  pemerintah  Republik
                Indonesia”. Soekanto menyatakan penyesalannya atas insiden tersebut.
                “Saya akan menetapkan hati untuk membereskan hal itu”.
                                                                       148
                        Sedangkan  di  Bogor,  pada  masa  awal  proklamasi  tidak  terjadi
                perlucutan senjata yang berarti kecuali polisian, karena kekuatan Jepang
                yang cukup besar selalu menjaga jalan raya Bogor-Bandung. KNID dan
                BKR  Sukabumi  mengutus  delegasi  Sukabumi—R.  Didi  Sukardi,  Emo
                Harja,  dan  K.  Acun  Basuni—ke  Bogor  untuk  mendesak  agar  jabatan
                                                                     149
                Sucokan  diserahterimakan  kepada  pihak  Indonesia.   Pengoperan
                pemerintahan  sipil  berlangsung  lancar,  sehingga  kekuasaan  Republik



                160
   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177