Page 176 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 176

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                penghadangan dan pembunuhan terhadap orang-orang Jepang, seperti
                i Kedungbunder. Mobil tentara Jepang dari Cirebon menuju Palimanan
                dihadang oleh rakyat di desa Weru. Tentara Jepang yang ada mobil itu
                dibunuh.  Aksi  perebutan  senjata  di  Sindang  Laut  menewaskan  Wakil
                                                            162
                Komadan Kempeitai Cirebon dan anggotanya.
                        Di  Majalengka  terjadi  insiden  pada  8-10  Oktober  1945.  Ketika
                itu opsir-opsir Jepang menemui Bupatu Majalengka Enokh dan Kepala
                TKR  Majalengka  Affandi.  Namun  dalam  perundingan,  Jepang  malah
                menawan  Bupati  dan  Kepala  BKR  Majalengka.  Pada  saat  yang
                bersamaan melaju iring-iringan lima truk dan dua mobil lapis baja berisi
                tentara  Jepang    dari  arah  Cirebon  menuju  Majalengka.  Mendengar
                balabantuan  Jepang  dalam  perjalanan,  para  pemuda  Majalengka
                melakukan  penghadangan  di  jalan  raya  yang  akan  dilintasi  tentara
                Jepang. Sebelum tiba di perbatasan kota, tentara Jepang ditemui Kepala
                Kepolisian Majalengka, Kepala Tata Usaha Pemerintah Majalengka, dan
                Kepala BKR Cirebon.
                        Dari  hasil  perundingan,  tentara  Jepang  berjanji  tidak  akan
                melakukan penyerbuan ke pusat kota. Agar lebih meyakinkan, mereka
                meninggalkan  seluruh  kendaraannya  di  perbatasan  kota.  Sedangkan
                pasukannya  berjalan  kaki  dari  perbatasan  sampai  ke  pusat  kota
                Majalengka.  Keesokan  harinya,  sekitar  pukul  11.00  WIB,  rakyat
                membebaskan tentara Jepang yang ditawan penduduknya, dengan janji
                tentata  Jepang  keluar  dari  Majalengka  secepatnya.  Sebagai
                kompensasinya,  Jepang  membebaska  Bupati  Majalengka,  sedangkan
                Kepala BKR Affandi dibebaskan sebulan kemudian.
                                                                163
                        Perlucutan senjata  Jepang oleh pemuda pejuang di Tangerang
                berbuntut pada pertempuran Lengkong. Pada Januari 1946, pimpinan
                Akademi Militer, Mayor Daan Mogot, memimpin negosiasi pengambilan
                senjata  dengan  markas  Jepang  di  Lengkong.  Agar  dipercaya  oleh
                Jepang,  Daan  Mogot  menggunakan  delapan  orang  serdadu  India
                Muslim yang telah “menyeberang” ke pihak Indonesia. Serdadu-serdadu
                India  bertindak  seolah-olah  utusan  tentara  Sekutu  untuk  melucuti
                tentara Jepang. Namun, ketika perundingan hampir selesai dan senjata
                sedang  dikumpulkan,  seorang  serdadu  India  mengutik-ngutik  senjata
                yang baru dikenalnya. Tiba-tiba terjadi letusan dari senjatanya. Jepang
                mengira  letusan  itu sebagai tembakan permulaan  dan mereka merasa
                telah terjebak. Oleh sebab itu dalam sekejap mata pasukan Republik dan




                164
   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181