Page 174 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 174
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
unsur eks-PETA, Kukoya dari unsur Kepolisian, S.Waluyo dari unsur
KNID, K. Abdurohim dari unsur alim ulama, Ali Basuri dari unsur daerah.
Tugas panitia lima adalah membebaskan para tahanan, mengibarkan
bendera merah putih di seluruh jawatan dan instansi, serta di pelosok
kota dan kabupaten, mengganti kepala-kepala jawatan yang dipegang
oleh Jepang untuk diganti dengan orang Indonesia.
154
Tentara Jepang tidak berdaya menghadapi serbuan massa yang
melakukan perebutan kekuasaan. Untuk mengurangi ketegangan,
tentara Jepang di Sukabumi membebaskan beberapa tahanan politik
yang fisiknya amat lemah akibat siksaan Jepang selama di dalam
tahanan, diantaranya A.M. Sipahutar, Adang Trenggana, dan Bainun. 155
Aksi dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih di jawatan-
jawatan dan kantor-kantor perusahaan. Mereka menguasai kantor
perusahaan listrik Denki, kantor telepon, dan tambang emas Cikotok.
Pimpinan tambang emas Cikotok diserahkan kepemimpinannya kepada
Slamet Hadiatmojo dan kantor Denki kepada Ibnu dan Suhaemi. Mr
Samsudin didaulat sebagai Wali Kota Sukabumi dan Mr. Haroen
156
sebagai Bupati Sukabumi.
Namun, peralihan kekuasaan yang baru berlangsung beberapa
pekan itu terusik oleh kehadiran tentara Sekutu. Tentara Sekutu-Inggris
bukan hanya menguasai Ibu Kota Negara, Jakarta, tetapi juga wilayah
sekitarnya, terutama Bandung sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat.
Sebab, Sekutu harus mengamankan para interniran Jepang dan orang-
orang Eropa yang terjebak di Bandung dan kota-kota lain. Sekutu juga
berkepentingan terhadap Bogor, karena di sana ada Istana negara dan
para interniran. Adapun Bekasi dan Karawang harus ditaklukkan, karena
selain memiliki para pemuda militan yang bisa menganggu perjalana
kereta api dan jalan raya, juga sejak berabad-abad silam dikenal sebagai
lumbung padi.
Bagi Sekutu, menguasai Bekasi dan Bogor sama juga memegang
kunci pintu bagi pasukannya untuk menuju Bandung melalui
Purwakarta, Sukabumi, dan Cianjur. Para pemimpin di pusat dan
157
didaerah pun banyak terlibat dalam diplomasi. Agar segera cepat tiba
di Bandung, tentara Sekutu-Inggris di bawah pimpinan Kolonel
Greenway memasuki Bogor pada 22 Oktober 1945. Dua hari kemudian
Sekutu meminta Markas Besar Pertahanan Negara (MBPN) Keresidenan
Bogor agar mengarahkan pasukannya untuk menjaga keamanan dan
162