Page 20 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 20
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
mula-mula praktis menjadi bagian dari pemerintahan. Hal ini bahkan
untuk beberapa lama berlanjut juga meskipun pada tanggal 4
September 1945, kabinet pertama yang langsung berada di bawah
pimpinan Presiden (sesuai dengan UUD yang menjadikan Presiden
Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan). Kabinet yang diejek oleh para
pemuda revolusioner sebagai kabinet Buch, terdiri dari para tokoh yang
sempat menjadi pegawai tinggi pemerintahan militer Jepang. Ternyata
revolusi memerlukan juga suatu kontinuitas yang tidak langsung bersifat
kontrontatif. Tetapi bagaimanapun juga gejolak pergolakan politik
yang terjadi di pusat pemerintahan semakin menaik juga. Maka dalam
proses selanjutnya tampaklah betapa dinamika revolusi yang penuh
kegelisahan ini semakin lama semakin menjadi bagian dari kehidupan
sosial politik di daerah-daerah, meskipun dengan corak dan intensitas
yang berbeda-beda.
Jika pandangan sejarah ke belakang hendak dilayangkan, maka
dengan penuh kepastian bolehlah dikatakan bahwa rapat raksasa, yang
diadakan atas desakan para pemuda dan rakyat, di lapangan IKADA
(sekarang menjadi bagian dari lapangan MONAS) pada tanggal 19
September, di bawah pengawasan tentara Jepang yang bersenjata
lengkap, adalah bukti pertama dukungan rakyat atas keabsahan
Republik Indonesia. Dalam suasana revolusioner yang telah semakin
menaik inilah pula Wakil Presiden mengeluarkan apa yang dikenal
sebagai Maklumat no. X (3 Oktober 1945). Didasari oleh semangat
demokrasi yang enggan untuk melunak, Maklumat ini dengan tegas
menyatakan bahwa Komite Nasional Indonesia-Pusat adalah dewan
perwakilan rakyat sementara.
Begitulah tidak lama kemudian, kabinet Bucho pun digantikan
oleh kabinet yang secara langsung bertanggungjawab kepada KNI-P.
Indonesia pun telah memasuki periode semi-parlementer, ketika
pandangan mayoritas anggota KNI-P telah bisa menjatuhkan kabinet,
tetapi Presiden masih memegang kata akhir.
Seandainya lembaran sejarah dari pemerintahan Republik
Indonesia akan dibalik-balik, maka akan tampaklah bahwa Sutan Sjahrir
adalah satu-satunya tokoh pergerakan kebangsaan yang memegang
jabatan Perdana Menteri tiga kali berturut-turut. Betapapun mungkin
kekalahan politik yang dialaminya bisa menyebabkan kabinet yang
dipimpinnya dijatuhkan dalam sidang KNI-P, tetapi kedudukan Sjahrir
8