Page 23 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 23
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
pulakah yang bisa melupakan lagu Hallo-halo Bandung, meskipun
belum pernah melihat kota yang masyhur sebagai Paris van Java.
Insiden-insiden kecil di Surabaya, yang mencapai klimaks yang
teramat dahsyat pada tanggal ―10 November‖ masih tercekam di
lubuk hati bangsa. Di tengah–tengah pekikan ―Allahu Akbar― dan
seruan ―Berontak‖ dari Bung Tomo, ribuan anak bangsa tampil ke
medan pertempuran. Entah berapa ribu jumlah mereka yang tewas dan
entah berapa ratus pula yang harus merintih karena luka parah yang
diderita. Ketika akhirnya Belanda menanggalkan kedok NICA–nya
seluruh wilayah tanah air telah berada dalam suasana konflik yang
keras.
Di saat hal-hal itu telah terjadi, maka hampir seluruh wilayah
tanah air tidak obahnya seperti tebaran ―Surabaya-Surabaya‖ kecil. Jadi
mestikah diherankan kalau hampir semua kota di seluruh penjuru tanah
mempunyai ―makam pahlawan‖ dan tanggal ―10 November‖ abadi
dalam kenangan bangsa sebagai ―Hari Pahlawan‖? Dengan begini pula
secara simbolik legitimasi dari ―Hari Proklamasi Kemerdekaan‖ semakin
dikokohkan dalam ingatan sejarah, realitas kekinian dan dalam
keharusan kehidupan bangsa yang abadi.
Jauh atau dekat jarak dari Jakarta hanyalah masalah waktu
yang tidak selamanya menjadi faktor penentu corak reaksi masyarakat
ketika telah mendengar berita Proklamasi. Tetapi memang seketika
berita itu telah sampai keragaman pengalaman dalam pergerakan
kebangsaan dan corak kepemimpinan daerah ikut menentukan corak
reaksi pertama masyarakat pada berita tentang ―kemerdekaan
bangsa‖—sebuah berita yang mengejutkan tetapi yang juga dinanti-
nanti.
Di saat semua konflik bersenjata sudah dianggap berakhir dan
ketika kemerdekaan bangsa telah pula menjadi realitas yang tidak
terpungkiri, maka di waktu itulah pengalaman yang telah dilalui
direnungkan. Di saat perenungan telah dilakukan, maka terasalah
betapa kesejajaran pengalaman sejarah dari beberapa daerah terjadi
juga dalam suasana yang serba tidak menentu itu. Tetapi kalau sekadar
perbandingan sejarah hendak dilakukan, maka tampaklah betapa
daerah yang pernah mengalami kegairahan dalam pergerakan
kebangsaan di masa kolonialisme Belanda adalah pula daerah yang
paling cepat bergerak dalam menyambut kemerdekaan, dan—tidak
11