Page 21 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 21
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
tetap kokoh sebagai Perdana Menteri. Ia ternyata masih dipercaya
Presiden. Hanyalah ketika partainya, Partai Sosialis, telah terpecah dua,
Sjahrir digantikan oleh mantan temannya separtai, Amir Syarifuddin.
Ketika pada tanggal 5 Oktober 1945 Republik Indonesia telah
meresmikan kehadiran angkatan bersenjatanya, maka berarti semua
persyaratan sebagai sebuah negara yang merdeka telah dipenuhinya.
Tetapi sejak itu pula bukan saja ancaman akan eksistensi Republik
semakin menaik, dinamika politik internal di pusat dan di daerah pun
semakin bergejolak. Strategi politik apakah yang harus dipakai dalam
menghadapi ancaman kolonialisme Belanda yang ingin kembali itu?
Apakah ―perang‖ atau ―diplomasi‖ adalah dua pilihan yang tersedia,
ataukah keduanya adalah keharusan yang sejalan? Tetapi di beberapa
daerah kemerdekaan bangsa kadang-kadang harus berhadapan dengan
dampak struktural kolonialisme dalam kehidupan politik pemerintahan.
DIMENSI DAERAH REVOLUSI NASIONAL
Entah langsung ke ibukota propinsi, seperti halnya yang terjadi
di pulau Jawa, atau tidak pula jarang ke kota-kota pinggiran di dalam
kesatuan adminstratif yang baru diperkenalkan itu, tetapi seketika
berita Proklamasi akhirnya telah diterima rakyat maka perubahan
suasana pun terjadi begitu saja. Ketika berita proklamasi itu telah
sampai di daerah-daerah, sebuah panorama keragaman pengalaman
dalam gejolak revolusi seperti telah terbentuk dengan begitu saja.
Ternyatalah pula betapa kehadiran pemerintah propinsi barulah
mempunyai arti setelah perjalanan sejarah semakin menjauhi tanggal
Proklamasi Kemerdekaan. Menjelang hal ini terjadi, kekuasaan nasional
lebih dirasakan sebagai simbol dari kesatuan bangsa. Tetapi ketika R.I
telah bisa merayakan ulang tahunnya yang pertama, seluruh wilayah
Indonesia telah merasakan denyut revolusi, betapapun sejak bulan
ketiga Proklamasi sebagian besar wilayah Indonesia bagian Timur telah
diduduki oleh tentara Sekutu yang selalu membawa boncengan
tentara dan bahkan aparat pemerintahan Belanda.
Sudah bisa dibayangkan bahwa di masa ketika radio dan
telegram bukan saja masih merupakan barang langka, tetapi juga
berada di dalam genggaman sistem kekuasaan; dan di saat surat kabar
secara langsung masih berada di bawah penilikan militer Jepang,
penyebaran berita Proklamasi Kemerdekaan sangat ditentukan oleh
9