Page 102 - Educational HYpnosis
P. 102
Educational Hypnosis (2018)
Free Ebook by Zainurrahman, S.S., M.Pd., CHt.
Zonahypnosis.wordpress.com
sedang menyampaikan begitu banyak makna yang mungkin (1) saya tidak ingin
berbicara, (2) saya tidak mengerti, (3) saya tidak mau bertanggung jawab atas
apa yang tidak saya katakan, dan sebagainya. Intinya, kita tidak mungkin tidak
mengkomunikasikan sesuatu.
e. Memahami Potensi untuk Mencapai Outcome yang Diharapkan
Seorang guru harus memiliki keyakinan bahwa dirinya memiliki apapun yang dia
butuhkan untuk mencapai tujuannya, atau setidaknya dia memiliki seluruh potensi
untuk mendapatkan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai suatu outcome yang
dia harapkan. Pandangan yang sama juga harus dimiliki oleh seorang guru
terhadap siswa-siswanya. Demikian juga para siswa harus memiliki keyakinan
yang sama terhadap dirinya sendiri. Prinsip NLP ini sangat relevan dengan teori
growth mindset yang dipaparkan di bagian mindset dalam buku ini.
Dengan prinsip ini, seorang guru pada dasarnya bertugas membantu siswa
untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan melalui komunikasi yang efektif.
NLP, begitu juga dengan hypnosis, percaya bahwa setiap individu memiliki potensi
yang dia butuhkan untuk mencapai apa yang diharapkan. Hanya saja, untuk
mencapai hal tersebut, dibutuhkan upaya yang optimal. Sementara itu, upaya
yang optimal hanya bisa terwujud jika individu membebaskan dirinya dari pikiran-
pikiran yang menghambat dirinya dari kemajuan dan memberikan kesempatan
pada diri untuk memiliki pilihan-pilihan untuk ditempuh demi tercapainya tujuan
yang diharapkan (Bashir & Ghani, 2012).
f. Memahami Adanya Intensi Positif dari Setiap Perilaku
Prinsip NLP ini mengajarkan kepada kita untuk melihat “sisi baik” dari setiap
perilaku siswa. Yang dimaksud dengan “sisi baik” adalah “baik” untuk siswa
tersebut. Misalnya, salah satu perilaku siswa yang tidak mendukung kemajuan
dirinya, misalnya datang terlambat ke sekolah. Perilaku ini pada dasarnya
menghambat kemajuan dirinya jika ditinjau dari tujuan belajar. Akan tetapi, ada
efek “baik” (setidaknya menurut siswa tersebut) yang dihasilkan dari perilaku itu,
misalnya istirahat lebih lama, tidur lebih nikmat, bersenang-senang, dan
sebagainya. Sebagai seorang guru, yang adalah komunikator yang baik, akan
bersikap fleksibel dan membantu mengarahkan siswa ini dengan
mengkomunikasikan pilihan-pilihan lain yang bisa menghasilkan “kesenangan”
yang sama namun dengan perilaku yang lebih baik.
Akan tetapi, merubah kebiasaan atau merubah perilaku merupakan proses
pemaknaan pengalaman kembali, proses pembangunan jaringan sinaptik baru,
yang membutuhkan upaya komunikasi hingga ke level bawah sadar. Merubah
karakteristik data bawah sadar menuntut adanya koneksi yang kuat antar para
komunikator, dalam hal ini adalah guru dan siswa. Koneksi yang kuat dibangun
dari berbagai elemen dan berbagai prosedur, salah satunya adalah membangun
95