Page 114 - Educational HYpnosis
P. 114

Educational Hypnosis (2018)
                                                                Free Ebook by Zainurrahman, S.S., M.Pd., CHt.
                                                                                Zonahypnosis.wordpress.com

                  a.  Membangun Rapport

                  Kita semua pernah memiliki pengalaman ketika kita mencoba mengkomunikasikan
                  sesuatu  pada  seseorang  namun  orang  tersebut  tidak  memperhatikan,  tidak
                  menggubris, atau bahkan tidak merespons informasi yang kita berikan. Kita juga
                  pernah mengalami saat-saat ketika kita merasa “terpaksa” mendengarkan suatu
                  informasi atau terlibat dalam suatu komunikasi yang menurut kita “tidak penting”
                  dan  pengalaman-pengalaman  ini  menunjukkan  bahwa  rapport  antara  kita  dan
                  orang lain di dalam berkomunikasi tidak terbangun.

                         Rapport  adalah  kualitas  hubungan  dalam  komunikasi  (atau  antar
                  komunikator)  yang  menghaslkan  rasa  saling  percaya  dan  respons  yang  baik
                  (O’Connor,  2001).  Kita  dapat  membangun  rapport  dengan  cara  memahami  dan
                  menghargai representasi internal orang yang kita ajak berkomunikasi tentang apa
                  yang  kita  komunikasikan.  Rapport  hanya  akan  berhasil  dibangun  jika  kita
                  menyadari perbedaan-perbedaan antara kita dengan orang lain, dan menghargai

                  perbedaan-perbedaan tersebut (Ready & Burton, 2010). Yang dimaksud dengan
                  perbedaan disini adalah perbedaan pandangan, perbedaan pemikiran, perbedaan
                  belief  dan  value,  dan  sebagainya.  Jika  kita  memiliki  rapport  di  dalam  sebuah
                  komunikasi,  maka  setiap  orang  di  dalam  struktur  komunikasi  tersebut  akan
                  merasa  terhubung  dan  merasa  bertanggungjawab  terhadap  proses  dan  produk
                  dari komunikasi tersebut.

                         Membangun rapport juga melibatkan pemahaman kita tentang “apa yang
                  diharapkan”  oleh  orang  lain  di  dalam  komunikasi  tersebut.  Jika  kita  memulai
                  komunikasi dengan seseorang, maka untuk membangun rapport, maka kita perlu
                  mempertimbangkan apa yang “penting” bagi orang itu sebelum berharap orang
                  itu dapat mengerti kepentingan kita. Sederhananya, kita ingin agar siswa dapat
                  tertarik,  merasa  terlibat,  bertanggung  jawab,  dan  merespons  komunikasi  kita.
                  Lebih jauh lagi, rapport dibangun baik secara verbal maupun non-verbal.

                         Bayangkanlah  bahwa  suatu  hari  Anda  ingin  mengetahui  mengapa  siswa
                  Anda  bolos.  Anda  pasti  tahu  bahwa  dalam  kasus  seperti  ini  siswa  akan
                  menghindari  Anda,  menghindari  berkomunikasi  dengan  Anda.  Dengan
                  membangun  rapport,  siswa  akan  bersedia  berkomunikasi  dengan  Anda  (bukan
                  terpaksa berkomunikasi dengan Anda).

                         Guru  :  Ahmad,  menurut  kamu,  siapakah  teman  kamu  yang  paling  baik
                  terhadap kamu di sekolah ini?

                         Jika  siswa  berdiri,  maka  Anda  harus  berdiri  pula.  Ini  disebut  dengan
                  mirroring dan matching di dalam NLP. Anda juga harus menggunakan tone yang
                  lembut dan ekspresi wajah yang ramah. Hal ini dapat memberikan rasa nyaman
                  terhadap siswa tersebut dan siswa tersebut merasa diterima oleh Anda. Apa yang
                  Anda  tanyakan  adalah  apa  yang  sebenarnya  penting  bagi  dirinya.  Dan  ini


                                                            107
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119