Page 116 - Educational HYpnosis
P. 116
Educational Hypnosis (2018)
Free Ebook by Zainurrahman, S.S., M.Pd., CHt.
Zonahypnosis.wordpress.com
menerima kalimat Anda sebagai “permintaan informasi” ketimbang “pertanggung
jawaban kesalahan”.
Guru: “Ahmad... Ahmad tahu bahwa setiap guru Ahmad, termasuk saya,
adalah orang-orang yang juga menyayangi dan baik kepada Ahmad, seperti
Junaidi.”
Perhatikan respons non-verbalnya. Jika siswa tersebut menampakan
ekspresi wajah murung (tertunduk) maka ada proses mental yang terjadi seperti
rasa penyesalan, rasa haru, atau rasa takut. Jika ada respons verbal seperti “iya”
atau “tidak” atau respons lainnya, maka Anda harus mampu menyesuaikan diri
dan bersabar. Misalnya, jika siswa tersebut akhirnya percaya bahwa Anda
menyayanginya (dan ini sudah semestinya menjadi realitanya), maka Anda bisa
mengatakan dan menanyakan “Saya ingin Ahmad ceritakan kepada saya, apa
yang memaksa Ahmad sehingga Ahmad tidak dapat mengikuti pelajaran
kemarin?” atau “Sebagai orang yang sayang pada Ahmad, saya benar-benar ingin
mengerti apa pentingnya bolos bagi Ahmad?”
Perhatikan bahwa saya menggunakan kata atau frase yang saya garis
bawahi. Saya menggunakan kata “memaksa” agar Ahmad tidak merasa
disalahkan; saya menggunakan “tidak dapat mengikuti pelajaran” yang memiliki
makna yang berbeda dengan kata “bolos”; saya menggunakan kata “sayang” agar
membuat siswa merasa diterima; saya menggunakan “saya benar-benar ingin
mengerti” yang akan menumbuhkan rasa dibutuhkan di dalam hati siswa; dan
saya menggunakan “pentingnya bolos” agar siswa menjelaskan bolos secara
objektif seolah-olah sedang dimintai pendapat, namun responsnya pasti
berdasarkan pengalaman subjektifnya.
Jika Anda berhasil membangun rapport dengan siswa, maka Anda akan
mendapatkan informasi yang Anda inginkan. Dan perlu saya ingatkan bahwa di
dalam contoh ini, Anda ingin mendapatkan alasan, bukan untuk menghukum.
Ketika Anda mendapatkan alasan dari siswa ini, maka Anda perlu menemukan
poin positif dari perilaku negatif siswa ini. Poin positif ini yang akan dimanfaatkan
untuk melakukan tindakan perubahan perilaku.
Contoh ini tentunya belum berakhir karena dalam komunikasi NLP, rapport
bukan satu-satunya tiang untuk menunjang keberhasilan komunikasi. Contoh di
atas menjelaskan bagaimana rapport dibangun secara intuitif dan dipertahankan.
Dengan rapport maka setiap unsur yang terlibat di dalam komunikasi terhubung
secara kuat dan masing-masing merasa bertanggung jawab atas keberlangsungan
komunikasi tersebut.
109