Page 93 - Educational HYpnosis
P. 93
Educational Hypnosis (2018)
Free Ebook by Zainurrahman, S.S., M.Pd., CHt.
Zonahypnosis.wordpress.com
dalam komunikasi yang digagas di dalam maksim-maksim di atas sangat penting.
Menyampaikan informasi yang benar, rinci, jelas, dan relevan, seolah-olah adalah
keharusan dalam berkomunikasi secara profesional.
4.3.2. Model Komunikasi NLP
Kita telah membahas komunikasi verbal dan non-verbal serta prinsip-prinsip
komunikasi. Hal-hal tersebut tentunya merupakan hal-hal yang sangat
fundamental di dalam proses komunikasi dan berpengaruh terhadap keberhasilan
komunikasi itu sendiri. Akan tetapi, memiliki pemahaman tentang komunikasi saja
tidak cukup untuk menjamin keberhasilan komunikasi itu sendiri; dibutuhkan
sistem atau tradisi tertentu yang mengatur proses komunikasi itu, yakni suatu
model yang dapat diterapkan. Pada bagian ini, saya cenderung memilih model
komunikasi NLP (neuro-linguistic programming) sebagai model komunikasi untuk
dibahas, dan tentunya untuk diterapkan. Mengapa demikian? Selain NLP adalah
model komunikasi yang sudah sering dibahas keberhasilannya di berbagai
konteks, NLP juga relevan dengan educational hypnosis. NLP melibatkan hal-hal
yang sudah kita bahas sejak awal, yakni otak, pikiran, dan emosi. Satu hal lagi
yang perlu saya sampaikan, kita tidak akan membahas NLP secara umum,
melainkan NLP di dalam konteks pendidikan, terutama komunikasi antara guru
dan siswa.
NLP merupakan suatu model komunikasi yang pertama kali digagas oleh
seorang ahli matematika (dalam beberapa sumber disebut seorang psikolog),
Richard Bandler, dan seorang linguis, John Grinder.
Dalam menggagas NLP, kedua pionir NLP ini mempelajari metodologi terapi
yang digunakan oleh Fritz Perls (psikoterapis), Virginia Satir (Psikoterapis), dan
Milton H. Erickson (hipnoterapis). Studi metodologi terapi berbasis psikologis dan
hypnosis ini melahirkan NLP yang pada dasarnya juga digunakan untuk
kepentingan terapi kejiwaan dan fenomena psikosomatis. Lambat-laun, NLP
digunakan dalam berbagai konteks dan salah satunya adalah konteks pendidikan.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji validitas NLP atau
setidaknya validitas prosedur NLP. Penelitian-penelitian yang dilakukan atas NLP
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang kontradiktif. Tentunya, banyak peneliti
yang menyimpulkan bahwa NLP sebenarnya masih dapat dipertanyakan
efektivitasnya, baik sebagai model untuk mempelajari aspek kognitif dan
komunikasi manusia, juga belum efektif sebagai seperangkat teknik persuasi
seperti yang disimpulkan oleh Witkowski (2012) dan Heap (2008) dalam review
mereka atas berbagai penelitian yang “meragukan” NLP. Sementara itu, peneliti
atau reviewer lain menyimpulkan bahwa NLP adalah model komunikasi yang
sangat potensial dan menjanjikan dalam berbagai bidang yang mana komunikasi
adalah aktivitas yang dominan (Bashir& Ghani, 2012; Salami, 2015) salah satunya
86