Page 96 - Educational HYpnosis
P. 96
Educational Hypnosis (2018)
Free Ebook by Zainurrahman, S.S., M.Pd., CHt.
Zonahypnosis.wordpress.com
sangat relevan dengan pernyataan Frijda (1988) bahwa jika makna sesuatu
berubah maka emosi terhadap sesuatu itu berubah; dan juga sejalan dengan apa
yang disebutkan oleh Dweck (2006) dan Ricci (2013) tentang mindset kita
terhadap sesuatu memengaruhi respons kita terhadap sesuatu itu. Perubahan
mindset akan diikuti oleh perubahan respons atau perubahan perilaku terhadap
suatu fenomena atau situasi.
Sebagai pendidik, NLP dapat kita gunakan sebagai model komunikasi untuk
melakukan perubahan pola pikir atau perubahan makna pengalaman peserta didik
kita dan ini akan berimbas pada respons mereka terhadap belajar. Para siswa
yang kurang termotivasi untuk belajar mungkin disebabkan oleh pengalaman
belajar sebelumnya (ini relevan dengan Teori Pengalaman John Dewey yang
sudah kita bahas sebelumnya). Melalui NLP, kita bisa membantu siswa-siswa yang
kurang termotivasi itu untuk menjadi termotivasi untuk belajar.
Mengapa harus NLP? Tentu saja ini bukan suatu keharusan. Pertanyaan
sesungguhnya adalah mengapa selama ini para siswa tidak “berubah” meskipun
sudah dinasihati berulang kali, sudah dihukum dengan berbagai cara, sudah
diberikan stimulus, sudah diancam, dan sebagainya? Karena cara-cara yang kita
gunakan hanya sekedar memberikan gambaran pembanding antara pengalaman
satu dengan pengalaman lainnya; kita tidak merubah makna pengalaman mereka.
Jika makna pengalaman berubah, maka emosi terhadap pengalaman akan
berubah. Jika mindset berubah, maka respons akan berubah. Bukankah kita
sudah membahas bagaimana mindset memengaruhi kehidupan kita? Bukankah
kita sudah membahas hubungan antara emosi dan motivasi? Anda pasti masih
ingat bahwa emosi dan mindset terletak pada areal bawah sadar. Disinilah NLP
memainkan perannya; komunikasi NLP bukan hanya komunikasi pada level sadar,
tetapi sampai pada level bawah sadar. NLP bukan hanya sekedar komunikasi
verbal, tetapi juga aktivitas verbal yang ditunjang oleh aktivitas non-verbal untuk
memperkuat pengaruh informasi yang dikomunikasikan.
NLP bukanlah suatu model yang dirancang seperti sebuah mesin baru yang
tidak pernah ada sebelumnya. NLP pada hakikatnya adalah komunikasi yang kita
alami dalam keseharian kita di suatu waktu tertentu, namun tidak kita sadari. NLP
dirancang agar kita bisa melakukan komunikasi secara terencana dan bertujuan
pada perubahan dan dalam konteks ini adalah perubahan peserta didik menuju
pada kemajuan diri. NLP dibangun melalui pengalaman-pengalaman komunikasi
yang berpengaruh pada perubahan. Meskipun NLP dibangun dalam konteks terapi
(melalui studi yang panjang terhadap pengalaman para terapis: Virginia Satir,
Fritz Perls, dan Milton H. Erickson, serta pengalaman orang-orang sukses lainnya,
termasuk pengalaman diri sendiri yakni Richard Bandler dan John Grinder), NLP
sudah banyak menuai keberhasilan di bidang pendidikan dan ekonomi. Selain itu,
NLP juga melandasi diri atas pemahaman linguistik Alfred Korzybsky dan Noam
89