Page 80 - Tenggelamnya Kapal
P. 80

Tetapi mencari orang muda yang bemama Aziz, tidaklah sukar. Siapa orang penjudi yang tiada
               kenal akan dia?"
               "Apa kata abang?"

               "Si Aziz anak St. Mantari, ibu bapanya orang Padang Panjang ini, karena dia berkerabat dengan
               orang berpangkat-pangkat, dia mendapat pekerjaan yang agak pantas. Tetapi perangainya ....
               Masya Allah! Penjudi, pengganggu rumah tangga orang, sudah dua tiga kali terancam jiwanya
               karena mengganggu anak bini orang. Syukur ada wang simpanan ayahnya yang akan
               dihabiskannya, kalau tidak tentu sudah tekor kas di kantor tempat dia bekerja, tetapi dia dapat
               menutup malu. Apa yang lebih berkuasa di dunia ini, lain dari wang?"
               "Sebenarnyakah begitu bang Muluk?"

               "Apakah faedahnya saya melebihi dan mengurangi yang sebenarnya saya lihat, guru? Dalam
               perkara judi saya berdosa, dalam perkara yang lain dapati hendaknya saya timbulkan dengan
               kebaikan.
               Aziz ... siapa kami yang tak akan kenal kepadanya? Sudah berapa kali dia memelihara
               perempuan dengan tidak kawin dalam rumahnya di Padang."
               "Allah ....nasib kau Hayati!"

               "Tak usah guru rugi banyak, percayalah mulutku."
               "Bagaimana kalau saya temui dia?"

               "Siapa?"
               "Aziz."
               "Gunanya?"

               "Memberinya nasehat!" [127]
               "Tak usah guru, tak usah! Tidak ada kejujuran dalam hati orang seperti itu. Saya tahu betul.
               Nanti guru marah, dia tertempeleng, orang banyak tahu. Orang hanya lekas mencap ....fasal
               perempuan. Karena tidak ada perkelahian orang dengan dia lantaran yang lain, hanyalah
               lantaran si rambut panjang juga. Guru dapat malu, sedang padanya malu itu tidak ada.
               Cari lain perempuan, bukan seorang yang bersanggul di dunia ini! Habis perkara!" ujar Muluk
               pula.
               "Ai ..... nasehatmu abang!"

               "Habis?"
               "Boleh jadi Hayati masih cinta kepadaku dan dia hanya teraniaya!"
               "Hai guru! Guru terlalu lurus dan masih amat muda. Guru sangka hati perempuan di dunia ini.
               sebagai yang tersebut dalam kitab rupanya. Tak ada itu guru, keluarga Aziz kaya, berbangsa,
               guru dipandang miskin, orang "lain." Guru dirintang oleh Hayati dengan mulut manis supaya
               gunu jangan marah. "perempuan" guru; ..........perempuan!"

               Nasehat apakah lagi yang dicari Zainuddin! Padahal kemana pun dia. mencari nasehat, bentuk
               nasehat orang hanya sama dengan nasehat Muluk itu?

               Setelah mendengarkan perkataan Muluk itu, sampai semalam-malaman hari dia duduk
               termenung sendirinya, pikirannya hanya kepada Hayati saja. Mengapa suratnya tak datang-
               datang lagi, seakan-akan sudah putus benar perhubungannya dengan dia. Masih adakah
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85