Page 93 - Tenggelamnya Kapal
P. 93
selemah ini seakan-akan ditusukannya sebilah keris yang tajam ke ujung jantung guru,
sehingga kalau bukan kasihan Allah, binasa guru dibuatnya."
Setelah dia termenung sebentar maka diteruskannya pula perkataannya: [148]
"Di sini guru menangis tersedu-sedu, meratap terisak-isak mengatakan guru kehilangan nikmat,
kehilangan permata; padahal di pihak lain perempuan itu dengan senyum gembira
menyandarkan kepadanya ke atas pangkuan suaminya; tidak teringat lagi olehnya diri kita,
dilupakan, dibuangkan, setelah dibuang diinjakkannya pula.
Guru pergi duduk-duduk bermenung seorang diri ke tempat yang lengang. Padahal kemana pun
kita pergi, iblis senantiasa menurutkan kita. Alangkah berbahayanya kalau dibisikkan oleh iblis
menyuruh guru putus asa, disuruhnya membunuh diri. Buat orang yang guru cintai, agaknya
lebih senang hatinya kalau guru hilang dari dunia, lebih bebas dia melangkah di atas dunia yang
luas ini. Agaknya ke. tika orang mendapat mait guru tergantung di dahan pohon dadap, atau
terbentang di Anai yang deras airnya ini, atau terputus leher guru disembelih tangan guru
sendiri di dalam kamar. Agaknya kalau sampai kepadanya kabar itu, tidaklah dia akan pergi
menjenguk guru, usahkan menangisi guru, melainkan dia akan merasa bangga sebab
kecantikannya telah mengorbankan orang yang mencintainya.
Hai guru muda! Mana pertahanan kehormatan yang ada pada tiap-tiap laki-laki? Tidakkah ada
itu pada guru? Ingatkah guru bahwa ayah guru terbuang dan mati di negeri orang, hanya
semata mata lantaran mempertahankan kehormatan diri? Tidakkah dua aliran darah yang panas
ada dalam diri guru, darah Minangkabau dari jihat ayah, darah Mengkasar dari jihat ibu?
Mana kegagahanmu guru, rasa tanggung jawab atas dirimu? Pada hal saya kenal bahwa dalam
hal yang lain-lain guru cukup mempunyai itu. Mengapa dalam hal yang sepasal ini guru mundur
dan kalah?
Dengan tetus terang saya katakan, bahwa guru bercelaka, sengsara, hidup guru sempit, lebih
dari hidup orang lain, lantaran salah guru sendiri.
Tenaga mudamu, darahmu yang masih panas, kepalamu yang [149] masih sanggup bertempur
dengan peri penghidupan telah dirampas dan dirusak-binasakan oleh perempuan itu. Jangan
mau guru! Guru mesti tegak kembah. Langkahkan kaki ke medan perjuangan, yang selalu
meminta tentera, yang selalu kekurangan serdadu!
Karamkan diri ke dalam alam, ke dalam masyarakat yang maha luas. Di sana banyak bahagia
dan ketenteraman tersimpan. Di mana-mana didirikan orang perkumpulan-perkumpulan,
penolong fakir dan miskin. Di mana-mand didirikan orang rumah-rumah sakit, penolong si sakit
yang tak mampu. Di mana-mana diadakan rumah pondokan pemehhara orang tua-tua yang
masih panjang umurnya, padahal telah lemah berusaha. Masuki itu, dengan mencampuri
pekerjaan itu akanterobat kedukaan hati yang sekarang.
Di mana-mana didirikan orang perkumpulan politik atau ekonomi untuk membela kepentingan
bangsa dan tanah air supaya mencapai bahagia dan hidup yang sempuma. Masuki itu, kiraikan
sayap, tuangkan dan habiskan tenaga buat itu.
Dengan begitu penyakit yang guru tanggungkan tentu sembuh, dan penghidupan dapat
ditentukan arahnya sebelum terlambat.
Di mana-mana diterbitkan orang surat-surat kabar, penuntun ummat kepada kecerdasan,
memuat perkabaran, pengetahuan, syair dan madah, ceritera dan hikayat. Buku roman yang
tinggi harganya telah mulai dikeluarkan orang. Kalau guru ambil kesanggupan menumpahkan