Page 94 - Tenggelamnya Kapal
P. 94

pikiran yang tinggi-tinggi itu dengan mengarang, tentu akan berhasil. Apalagi pengalaman telah
               banyak, jiwa telah kerap kali menanggung, hati telah kerap kali menempuh duka. Kalau guru
               segan dibawah takluk orang, dengan wang yang ada di tungan guru bolehlah rnenerbitkan
               sendiri. Dengan demikian guru akan mengecap bagaimana nikmat kebahagiaan dan
               keberuntungan.
               Di dalam alam yang terbentang di muka kata, diawan-swan yang berarak,di sungai yang
               mengalir, diburung yang terbang tinggi dikulik elang tengah hari, dikokok ayamdi halaman,di
               puncak gunung meningkat awan, pendeknya di mana-manapun, terbentang [150] lah pengobat
               hati dan jiwa. Di sana tersembunyl pokok-pokok untuk kebahagiaan hidup.
               Apa sebab hati akan dibiarkan bersedih dan bersusah di dalam alam ini? Pada hal lapangan
               kemuliaan dan perasaan bahagia terbuka buat semua orang! Orang yang bercela di dalam dunia
               ini hanya bertiga saja. Pertama orang dengki, yang selalu merasa sakit hati melihat orang diberi
               Allah nikmat. Kesakitan hatinya itulah yang menyebabkan dia celaka, pada hal nikmat Allah tak
               dapat dihapuskan oleh tangan manusia. Kedua orang yang tamak dan loba, yang senantiasa
               merasabelumcukup dengan apa yang telah ada dalam tangannya, selalu menyesal, mengomel,
               padahal yang akan di - dapatnya tidak akan lebih dari pada yang telah ditentukan Allah dalam
               kudratNya. Ketiga orang berdosa yang terlepas dari tangan hakim, karena pencurian atau
               pembunuhan, karena memperkosa anak bini orang.

               Orang yang begini, meskipun terlepas dari jaringan undangundang, tidak juga akan Inerasai
               nikmat sedikit pun ke mana jua dia pergi. Kesalahan dan tangannya yang berclarah selalu
               terbayang bayang di ruangan Inatanya. Polisi serasa-rasa mengejamya juga. Dimana orang
               berbisik-bisik, disangkakannya memperkatakan hendak menangkapnya juga.
               Apakah yang guru susallkan, padahal ketiga penyakit itu tak ada pada guru?
               Melihat mata guru memandang saya, saya tahu bahwa guru kurang percaya akan perkataan
               saya, sebab menilik kepada kerendahan derajat saya, seorang parewa. Tetapi guru, janganlah
               dibiarkan banyak-banyak makhluk yang sesat dan tidak mempunyai haluan. Awasllah diri guru
               sebelum jatuh ke dalam jurang. Saya mengetahui benar bahwa guru alim dan berpengetahuan,
               tetapi liku-liku hidup belum banyak guru lalui. Seruan dan pemandangan saya adalah seruan
               dan pandangan dan seorang yang telah mengalami seorang yang telah menderita, memberi
               ingat kepada temannya, supaya teman itu jangan sesat dan tergelincir. Sebab mudah orang
               jatuh ke lurah yang dalam, dan sukar membangkitkan dari dalam lurah itu.

               Salah sekali kalau orang sebagai guru menyangka kebahagiaan ada pada rumah yang indah,
               atau pada wang berbilang, atau pada perempuan yang cantik. Kalau demikian apakah akan
               obahnya guru seorang yang terdidik budiman dengan orang-orang zaman kini. Orang yang
               sampai gugur rambut di kepada mencari wang kian kemari, tetapi dia tidak hendak puas,
               hanyalah semata-mata lantaran diperintah oieh senyuman perempuan.

               Lihat anak-anak muda zaman sekarang, yang menangis tersedu-sedu meminta belas kasihan
               perempuan, mau dia berkorban, sengsara, Nina, hanyalah mencari apa yang disebut orang
               cinta. Sa lah persangkaan yang demikian, hai guru muda. Cinta bukan mengajar kita lemah
               tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan
               semangat.

               Jika kita dikecewakan oleh perempuan pada hari ini, ada dua jalan ditempuh orang, satu jalan
               ditempuh oleh orang yang hina yang rendah budi. Satu jalan pula ditempuh oleh orang yang
               dalam pikirannya. Yang ditempuh oleh parewa ialah membalaskan dendam dengan jalan
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99