Page 98 - Tenggelamnya Kapal
P. 98

kecerdasan kaum perempuan, [156] menghapuskan adat-adat yang telah lapuk, menegakkan
               kemajuan yang sepadan dengan bangsanya. Ceritanya amat menarik hati orang. Karena
               bilamana dia menggubah hikayat-hikayatnya, dinantinya dahulu waktu yang tenang dan sepi.
               Segenap kesedihan yang berlungguk-lungguk dalam hati sanubarinya sejak dia kecil, itulah yang
               ditumpahkannya ke dalam kalangan-karangan dengan wajah yang sejelasjelasnya.
               Ingatan seorang ibu kepada anaknya, ratap tangis seorang anak atas kematian ibunya, karena
               ibunya sendiri memang tak ada lagi. Jikalau dia melukiskan cinta, sebenar-benar cintalah yang
               digambarkannya. Kekecewaan hati, keremukan pikiran, pikiran yang seoang buntu nasib
               seorang yang hidup sebatang kara, semuanya itu digambarkannya dalam karangannya, dengan
               wajah yang seielas jelasnya. Karena orang yang menangis tak dapat menceritakan gelak orang
               yang tertawa; orang yang bergirang tak dapat melukiskan tangis orang yang bersedih.
               Pengarang dari kalangan bangsawan amat sukar menceriterakan penghidupan dari pak tani di
               pondok yang buruk.
               Tidak heran, kalau sekiranya karangannya mendapat penerimaan yang baik dari pada
               pembacanya.

               Di dalam hal yang demikian, ada pula tabiatnya yang sangat mulia. Yaitu kasih sayang kepada
               fakir dan miskin, sangat iba kepada perempuan-perempuaii tua yang meminta-minta di tepi
               jalan. Kalau sekiranya ada orang dagang anak Sumatera atau anak Mengkasar yang terlantar di
               kota Surabaya dan dagang meminta tolong kepadanya, tidaklah mereka akan meninggalkan
               rumah itu dengan tangan kosong. Ketika diketahuinya bahwa di kota itu ada perkumpulan anak-
               anak Sumatera yang bekerja memburuh atau ditempattempat yang lain, sudi pula dia memasuki
               perkumpulan itu. Segala iuran diisinya, kadang-kadang lebih dari yang dibayar orang lain.
               Karena demikianlah ahli seni, tak perduli kepada wang Karena kekayaan yang sangat dicita-cita
               oleh ahli seni bukan kekayaan wang, tetapi kekayaan bahagia, kekayaan alam yang tercurali
               kedalam kalbunya. [157]
               Seorang ahli gambar, kalau gambarnya laku dan dibeli oleh sebuah kantor yang mengumpulkan
               barang seni dan diietakkan di sana, maka diwaktu perutnya lapar dan wangnya habis, merasa
               kenyanglah dia, jika dia pergi pula kembali ke dekat gambar itu, melihat rupa dan wajah orang-
               orang yang lalu lintas di hadapan gambar itu. Seorang pengarang buku, walau pun bagaimana
               pun putus asa hidupnya, kalau pada suatu hari dilihatnya orang sedang membaca buku itu
               dengan asyiknya, dia lupa kepayahan dan keputus-asaannya itu.

               Karena kemuliaan budi dan kebaikan hatinya, yang tiada suka mengganggu orang lain, lagi suka
               menghormati pikiran orang lain, dalam sedikit masa pula, namanya telah harum dalam
               perkumpulan "Anak Sumatera" itu. Sehingga tidak berapa lama kemudian, atas anjurannya
               sendiri didirikan suatu perkumpulan tonil dengan nama: "Andalas" nama asli Pulau Sumatera.
               Namanya kian lama kian harum, pencahariannya pun maju. Dia termasyhur dengan nama
               samaran letter "Z," pengarang hikayat, regisseur dari perkumpulan-sandiwara "Andalas" ...
               Demikianlah ilham yang dibawa oleh cinta yang suci. Cinta yang suci adalah laksana setetes
               embun yang turun dari langit ke atas bumi Allah ini. Jika sekiranya bumi yang menerimanya itu
               subur, maka tumbuhlah di atasnya beraneka warna bunga-bungaan yang harum semerbak.
               Menanamkan damai, aman, sentosa, insaf, rasa percaya kepada diri sendiri. Dalam hal yang
               begini, embun "cinta" yang setetes itu membawa manusia yang di titiknya ke mayapada yang
               mulia. Tetapi jika dia jatuh ke bumi yang tak subur, yang tandus dan penuh batu-batu, tidak
               ada yang akan tumbuh di sana, lain dari sirili memanjat batu, kuning daunnya lemah
               gagangnya. Orang itu menjadi putus asa, pencemburu kepada sama manusia, hilang
   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103