Page 195 - kebudayaan
P. 195

di Pulau Jawa. Tahun 1843 Cirebon mengalami kelaparan disusul
            Demak (1848), Grobogan (1849), dan meluas di Jawa Tengah tahun
            1850 setelah selama empat tahun sebelumnya dilanda wabah penyakit
            (1846–1849). Bencana kelaparan dan pandemi penyakit yang mewabah
            memerosotkan jumlah penduduk sampai 70%. Meskipun demikian,
            dampak positif tidak sengaja dari Cultuurstelsel telah memperkenal-
            kan teknologi baru multicrops di bidang pertanian bagi masyarakat
            terjajah di Hindia Belanda. Tanpa disengaja pula Cultuurstelsel telah
            menyumbang banyak ke arah kesatuan, walaupun berupa kesatuan
            derita ekonomi masyarakat jajahan. Selain itu, kekuasaan Belanda yang
            menggenapi seluruh penjuru Nusantara justru telah menanamkan
            akar-akar kesatuan pemerintahan lokal raja-raja/kesultanan di daerah-
            daerah. Ekonomi dan pemerintahan di daerah merupakan dua dari
            tiga prasyarat timbulnya kebangsaan. Tinggallah akar kesatuan budaya
            yang belum tertanam pada masyarakat di kala penjajahan kolonial
            Belanda itu. Salah satu aspek penting kesatuan budaya kala itu adalah
            kesatuan bahasa (Melayu) (Simbolon, 2007:123–134, 142).
                Kecaman terhadap Cultuurstelsel atau sistem Tanam Paksa makin
            gencar akhir tahun 1850-an sejalan dengan semakin merosotnya ang-
            garan pemerintah jajahan (batig slot). Kritik keras terutama datang dari
            kaum liberal, baik di luar pemerintahan maupun di parlemen Belanda.
            Hasilnya, Cultuurstelsel atau sistem Tanam Paksa di Hindia Belanda
            berangsur dikurangi. Tahun 1862 sistem Tanam Paksa untuk komodi-
            tas lada diakhiri; 1863 sistem “blandong” di hutan-hutan Jawa dihapus;
            1864 menyusul penghapusan tanam paksa untuk cengkeh dan pala;
            tahun 1864 Undang-Undang Anggaran (Indische Comptabiliteitswet)     Buku ini tidak diperjualbelikan.
            disahkan; 1865 Tanam Paksa untuk nila, teh, dan kulit manis berakhir;
            1866 menyusul tembakau. Artinya, berakhirnya sistem Tanam Paksa
            berlangsung dengan proses yang dimulai dari komoditas yang kurang
            penting dan ditutup dengan tanaman komoditas yang penting atau
            berharga, yakni gula dan kopi. Akhirnya, Cultuurstelsel dan segala





          182    Narasi Kebangsaan dalam ...
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200