Page 198 - kebudayaan
P. 198
bahasa Melayu lingua franca ke dalam bahasa Indonesia yang baku
sekarang (2000:xxi).
Pram mengupayakan fotokopi dan mikrofilm dari National
Library of Australia melalui Keith Foulcher, yang awalnya dikopi dari
mikrofilm di Cornell University. Bantuan Ben Anderson sangat berarti
karena ia yang melakukan pengecekan lembar demi lembar naskah
HSM edisi Lentera Bintang Timur sebelum dikembalikan kepada ma-
syarakat Indonesia melalui Pram. Keterbatasan dalam menghimpun
naskah asli HSM tetap terjadi sehingga tidak semua naskah dapat
terhimpun. Tulisan pada beberapa naskah ada yang hilang atau tidak
terbaca. Pram terpaksa melewatkannya dan menandainya dengan
titik-titik dan keterangan “(naskah di bagian ini hilang)” seperti pada
halaman 223, 228, dan 229 roman HSM.
B. Kebangsaan dalam Roman Hikayat Siti Mariah
Alur cerita roman HSM ditulis secara kronologis dengan angka-angka
tahun, bahkan bulan, tanggal, dan hari. Pram menjelaskan bahwa cerita
roman HSM melingkupi waktu dari Maret 1855 sampai 31 Mei 1888,
meskipun tidak seluruhnya tanggal, bulan, dan tahun yang disebutkan
itu benar. Nama-nama yang dipergunakan dalam ceritanya diduga
nama rekaan sekalipun orang-orangnya bisa saja pernah ada (Mukti,
1987). Dalam penjelasannya, Pram mengatakan:
Sesungguhnya cerita ini berkisah tentang sepenuh masa Cultuurstelsel
alias Tanampaksa, 1830-90, tanpa menyebut wujud sebenarnya tentang-
nya. Hal itu dapat difahami karena cerita berlaku dalam lingkungan
lapisan masyarakat yang ikut menikmati sari madu penghisapan paling Buku ini tidak diperjualbelikan.
ekstensif dan intensif dalam sejarah kekuasaan Belanda di Hindia.
Dapat dikatakan Hikayat ini kebalikan dari karya Multatuli yang agung
itu tentang Hindia, terutama Maxhavelaar, 1860 (Mukti, 1987).
Kebangsaan pada Era ... 185