Page 199 - kebudayaan
P. 199

Dalam novel Max Havelaar karangan Multatuli, tergambar jelas
            kondisi bangsa Indonesia dalam penindasan Belanda si penjajah.
            Kondisi Indonesia yang sedang dijajah oleh Belanda juga tergambar
            dalam roman  HSM walaupun dalam konteks berbeda dan lebih
            terbatas.
                Dalam penjelasannya, Pram mengatakan:

                Karya Haji Mukti ini menduduki tempat tersendiri dalam sejarah sastra
                Pra-Indonesia. [...], ia tidak berasal dan tidak mengenal tradisi sastra
                Melayu Semenanjung atau pun Sumatera. Ia berasal dari kehidupan
                antar-rasial urban di Jawa. Ia tidak bersumber pada tradisi sastra daerah,
                yang dalam hal ini berarti Jawa.[...].


                Lebih penting lagi adalah, bahwa Mukti juga tidak memperlihatkan
                tanda-tanda terpengaruh oleh sastra Barat, Belanda khususnya. Ia menu-
                lis tanpa latar belakang tradisi sastra manapun. Ia seorang penyadap
                kehidupannya sendiri, melahirkan dirinya sendiri di luar pagar, manusia
                marginal (Mukti, 1987).

                Secara tersurat, roman HSM menceritakan kehidupan tokoh
            utamanya, yakni Siti Mariah. Dalam roman ini tergambar kondisi
            Indonesia sebagai bangsa jajahan dalam lingkup masyarakat Jawa
            pekerja pabrik gula di Sokaraja milik Belanda.

                Tokoh utama HSM adalah Siti Mariah atau Urip nama sebenar-
            nya. Ibunya bernama Sarinem, anak bungsu Mas Suriawinata, bekas
            mantri gudang preman Distrik Sumowono dari Kampung Palimanan,
            Wonosobo, daerah Kedu. Pada umur 16 tahun dalam keadaan
            hamil dua bulan karena keisengan Elout van Hogerveldt, Sarinem      Buku ini tidak diperjualbelikan.
            dinikahkan dengan Wongsodrono, pria berumur 40 tahun, petani
            dan preman Dukuh Wonosepuh, Banyumas. Wongsodrono memilih
            hidup tersembunyi di tengah hutan Gunung Darwati. Tujuh bulan
            setelah dinikahi Wongsodrono, Sarinem melahirkan Urip. Ketika Urip
            berusia 11 bulan, ia dijual oleh Wongsodrono seharga f 505 kepada




          186    Narasi Kebangsaan dalam ...
   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204