Page 48 - kebudayaan
P. 48
dalam perdagangan juga membantu Kerajaan Gowa. Mereka bersekutu
melawan musuh bersama, yakni Belanda, yang ingin menguasai tanah
Makassar. Bangsa Belanda pada waktu itu juga bersekutu dengan suku
Bugis, Soppeng, Ternate, Ambon, dan Buton.
Bagian awal SPM berisi puji-pujian kepada Allah, salawat untuk
Nabi Muhammad, dan para sahabat nabi. Puji-pujian juga disampaikan
kepada Sultan Gowa, Sultan Hasanuddin. Puji-pujian kepada Allah ini
membuktikan pada masa itu suku Makassar sudah memeluk agama
Islam. Setelah puji-pujian, cerita mengisahkan keberadaan Kompeni
Belanda di Makassar yang dipimpin oleh Speelman. Tokoh Belanda
ini bersekutu dengan Panglima Bugis, Raja Palakka (Arung Palakka).
Dalam peperangan itu, pihak Belanda mengutus 760 serdadu muda
lengkap dengan senjata dan 18 kapal layar besar. Angkatan perang
Belanda dan sekutunya ini berlabuh di Laut Barombong. Dalam
perang itu, Makassar dipimpin Sultan Hasanuddin, Sultan Gowa,
dibantu oleh Daeng Bonto Marannu, Karaeng Ketapang, Karaeng
Popo, Karaeng Lengkes, Karaeng Garasi, dan Karaeng Sanderbone
yang menggunakan senjata sunderik. Sultan Hasanuddin juga dibantu
oleh pasukan Jawa, Minangkabau, dan Raja Telo’.
Menurut Stapel (1941), Speelman nama lengkapnya adalah
Cornelis Janzoon Speelman, seorang Gubernur Jenderal Hindia
Belanda yang menjabat pada periode 1680–1684. Tokoh ini dima-
kamkan di Batavia. Pada 1649, ia menjadi sekretaris Dewan Hindia
Belanda (Raad van Indië), dan pada 1666, ia dikirim ke Makassar
sebagai laksamana untuk memimpin armada perang dalam menumpas
pemberontakan di Makassar. Tokoh inilah yang menandatangani Buku ini tidak diperjualbelikan.
Perjanjian Bongaya pada 18 November1667. Pada tahun itu juga
Speelman menjadi komisaris di Ambon, Banda, dan Ternate. Dua
tahun kemudian tokoh ini datang kembali ke Makassar untuk me-
numpas sisa-sisa pemberontakan. Karena jasanya inilah Speelman
memperoleh penghargaan.
Kolonialisme dan Heroisme ... 35