Page 60 - kebudayaan
P. 60
Dengan sesaat seketika kata
ra’yat Bugis takut segala
mengadap kepada raja paduka
sekaliannya dahsat menundukkan muka.
Welanda sampai ke Bantaeng
berlayarlah kapal si kuffar anjing
mengadirkan senjata pedang dan lembing
setinggar rentaka meriam berkancing
terlalu ramai serunai dan genderang
senjata dan sunderik lembing dan pedang
setinggarpun hadir sepucuk seorang
ingatnya sangat bukan kepalang
Dari kutipan tersebut, diketahui aneka senjata yang mewarnai
arena peperangan, yaitu lembing, pedang, meriam, setinggar (istinggar,
sejenis senjata kuno), dan rentaka (meriam yang bisa diputar-putar).
Pada saat akan perang, petanda harus diberikan berupa genderang
yang dipukul dan serunai yang ditiup. Dengan adanya petanda ini,
peperangan siap terjadi. Peperangan itu terjadi antara pihak Belanda
(yang dibantu Bugis, Buton, dan Ambon) melawan pihak kerajaan
Gowa dan sekutunya. Dalam kutipan itu, pihak Kerajaan Gowa
mencela Belanda dengan kata anjing dan kuffar (kafir).
Genderang dan serunai yang berbunyi menandakan bahwa pe rang akan
segera dimulai. Pada saat itu, rakyat besar dan kecil Kerajaan Gowa
dan sekutunya berkumpul menjadi satu. Sultan Hasanuddin pada saat
itu mendapat bantuan dari Jawa, Minangkabau, dan Raja Telo. Pihak
kerajaan Gowa juga menggunakan senjata asli Makassar, yakni sunderik. Buku ini tidak diperjualbelikan.
Senjata itu digunakan oleh Karaeng Sanderbone. Perhatikan kutipan
berikut (SPM, hlm. 93–95, bait 147–150)
Kolonialisme dan Heroisme ... 47