Page 92 - kebudayaan
P. 92
Karya lainnya dari Kwee Tek Hoay yang akan dibahas dalam
tulisan ini adalah Zonder Lentera. Karya ini dinilai oleh Wahyudi
(2001) dalam pengantarnya untuk buku Kesastraan Melayu Tionghoa
dan Kebangsaan Indonesia Jilid 4 sebagai karya yang menegaskan
bahwa Kwee Tek Hoay telah memiliki semacam kesadaran kebangsaan
(Indonesia) yang multietnis atau heterogen. Di dalam karya ini, masih
menurut Wahyudi (2001), para tokohnya bukan orang-orang Cina
1
saja, melainkan juga orang Indonesia dan orang Eropa. Interaksi
sosial antarras dan bangsa ini menarik untuk dianalisis dalam rangka
memahami konsep kebangsaan yang tumbuh pada masa itu. Karya ini
akan melengkapi data untuk mengetahui hubungan-hubungan sosial
yang terjadi antara orang Tionghoa, Indonesia, dan Eropa.
Bagaimana orang Tionghoa dapat menyelusup ke dalam masyara-
kat Hindia Belanda penting untuk diteliti agar dapat diketahui celah
hubungan antara Tionghoa dan Indonesia pada masa itu. Salmon
(2010) menyatakan bahwa baru pada permulaan 1920-an para penulis
peranakan menunjukkan minat yang besar pada masyarakat pribumi
Indonesia dan menempatkan masyarakat itu dalam cerita-cerita me-
reka. Oleh karena itu, dilakukan analisis terhadap bagaimana sikap
dan perilaku tokoh, baik tokoh yang berkebangsaan Tionghoa, Eropa,
maupun bumiputra terhadap nasionalisme dalam Drama di Boven
Digul dan Zonder Lentera.
Nasionalisme dalam karya-karya Tionghoa merupakan hal yang
menarik untuk dibicarakan. Orang-orang Tionghoa, sebagaimana
disebutkan Suryadinata (1996), sudah datang ke Indonesia jauh
sebelum imigrasi massal pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke- Buku ini tidak diperjualbelikan.
20. Orang-orang Tionghoa tersebut datang dalam jumlah terbatas
dan kaum laki-lakinya kemudian menikahi wanita setempat dan
menetap. Merekalah yang kemudian melahirkan keturunan yang
1 Ibnu Wahyudi memakai istilah Cina bukan Tionghoa dalam pengantar tersebut.
Posisi Peranakan Tionghoa ... 79