Page 32 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 32
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
“Baiklah, Tuan. Saya akan menyampaikan pesan ini.
Maafkanlah kesalahan kami,” sahut Bapa Goa itu. “Akan
tetapi, saya mohon tetaplah lindungi kami. Izinkan kami
tetap bersembunyi di dalam gua ini sampai orang Belanda
meninggalkan kampung kami. Saya dan warga yang lainnya
akan membersihkannya dan menjaga tempatmu ini,” ujar
Bapa Goa kepada sang putri.
“Aku terima permohonanmu. Akan tetapi jika kalian
melanggarnya, tidak ada orang yang dapat keluar dengan
selamat dari gua ini!” jawab Air Putri sambil berlalu. Sesaat
kemudian, wanita itu menghilang.
Bersamaan dengan menghilangnya sosok Air Putri,
Bapa Goa terbangun dari tidurnya. Ia duduk terdiam di tengah
malam itu. Ia berusaha memahami arti mimpinya. Berselang
beberapa menit kemudian, Bapa Goa meminta Umar agar
mengumpulkan semua orang yang ada di dalam gua.
“Umar, panggillah semua orang! Katakan pada mereka,
ada hal penting yang akan saya sampaikan,” perintah Bapa Goa.
Satu per satu, warga mulai berdatangan. Beberapa di
antara mereka terlihat cemas karena tak biasanya Bapa Goa
mengumpulkan mereka di tengah malam.
“Kenapa kita dikumpul di jam seperti ini,” tanya seorang
warga ke warga lainnya.
“Jangan-jangan, Belanda telah menemukan kita,” kata
warga lain dengan cemasnya.
“Apa yang harus kita lakukan?” tanya warga lain dengan
wajah penasaran.
Sesama warga saling bertanya. Mereka belum tahu apa
yang terjadi di tengah malam itu. Perintah Bapa Goa kepada
mereka untuk berkumpul membuat mereka
21 21