Page 38 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 38
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
Melihat burung Garuda masih terbang di atas kapal,
Kapten kapal merasa tidak nyaman.
“Burung itu harus dibunuh. Kalau tidak, dia akan
mengganggu rencana kita,” teriak kapten kapal kepada anak
buahnya. Kapten kapal tersebut memerintahkan anak buahnya
untuk kembali menembak burung Garuda dengan meriam
yang ada di kapal.
“Siapkan meriam! Tembak burung itu sampai mati,”
perintah kapten kapal.
“Bum,,, bum,,, bum,,,, bum,,,,”
Terdengar bunyi tembakan meriam. Tidak hanya dari
satu kapal, melainkan dari sejumlah kapal. Mereka serentak
memberondong burung Garuda.
Diserang serentak dari berbagai arah, tubuh burung
Garuda terkena tembakan. Darah mengucur dari luka. Burung
Garuda sempoyongan. Gerakannya menjadi melambat.
“Saya harus segera kembali ke gunung,” pikir burung
Garuda.
Tak lama kemudian burung Garuda terlihat terbang
menuju gunung Kakusang. Sesampainya di gunung tersebut,
burung Garuda jatuh tak sadarkan diri. Setelah sadar, burung
Garuda melihat banyak darah yang keluar dari dadanya.
Dengan sisa tenaga yang ada, burung itu berusaha untuk
berdiri. Bukannya bangkit, burung itu malah kembali terjatuh
dan pingsan lagi.
Kondisi burung Garuda yang terluka semakin parah.
Bukannya membaik, burung itu semakin lemah. Matanya
sayu. Sayapnya mulai mengendur. Darah terus keluar dari
lukanya.
Sesaat kemudian, terlihat mata burung itu mulai
tertutup. Detak jantungnya mulai melemah. Lalu burung
27 27