Page 46 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 46
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
Meskipun hidup mereka pas-pasan, Basirun dan Sapia
saling menyayangi dan saling mencintai. Hidup mereka di
Tanusang bergantung pada hasil kebun dan sagu.
Pada suatu hari, Basirun pergi ke kebun untuk melihat
tanaman sayurnya. Setibanya di kebun, Basirun terheran-heran
melihat tanamannya sudah rata dengan tanah. Dalam hatinya
dia berkata, “Siapa gerangan apa yang telah menghancurkan
tenaman saya ini?”
Basirun berdiri di tengah kebun. Dia memandang satu
per satu tanamannya.
“Aduh, tanaman saya hancur semua,” kata Basirun.
“Perbuatan siapa ini?” sambungnya.
“Bagaimana itu Pak Basirun?” Tiba-tiba terdengar suara
menyapa Basirun. Basirun menoleh ke arah suara itu. Ternyata
Pak Ilyas yang menyapanya.
“Tanaman saya hancur semua,” jawab Basirun.
“Hancur kenapa?” tanya Ilyas.
“Tidak tahu. Seperti dimakan oleh hewan,” jawab
Basirun.
“Ooo.. sabar,” kata Ilyas menenangkan Basirun.
“Iya,” jawab Basirun.
Walau Basirun berusaha tenang, tetapi hatinya sedih
bercampur marah.
Basirun masih penasaran dengan apa yang terjadi pada
tanamannya. Ia berjalan mengelilingi kebunnya. Rupanya,
pagar kebunnya telah rusak. Seperti ada yang sengaja
merobohkannya. Dalam hati, ia menduga-duga, “Perbuatan
siapakah ini? Manusia atau binatang?”
Karena penasaran, Basirun memutuskan membuat
sungga (perangkap). Beberapa batang bambu, dipotong
menjadi sepuluh bagian. Pada salah satu ujungnya,
35 35