Page 47 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 47
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
diruncingkan menyerupai tombak. Kesepuluh bambu yang
telah diruncingkan itu ditancapkan dengan mengarah ke
pagar yang telah rusak itu. Selesai memasang perangkap,
Basirun pulang ke rumahnya.
Sepanjang jalan menuju ke rumah, Basirun terus
memikirkan kebunnya.
“Mudah-mudahan, besok perangkap itu berhasil
menjerat yang merusak kebunnya,” kata Basirun dalam hati.
“Jika binatang yang terjerat, akan kubunuh. Dagingnya
akan kubawa pulang. Saya akan menyantapnya bersama istriku.
Akan tetapi, seandainya manusia yang terkena jebakanku,
jasadnya akan kubuang jauh-jauh. Orang lain tidak boleh tahu.”
Setibanya di rumah, Basirun menceritakan apa yang
terjadi di kebunnya kepada istrinya.
“Tanaman di kebun kita semuanya hancur,” kata Basirun
kepada istrinya.
“Kenapa bisa hancur? Siapa yang menghancurkannya?”
tanya sang istri.
“Saya tidak tahu siapa berbuat begitu,” jawab Basirun.
Basirun berdiri dan menuju ke dapur. Ia mengambil
segelas air putih. Rupanya, ia kehausan setelah seharian pergi
ke kebun.
“Coba duduk dengan tenang dulu baru cerita. Ibu tidak
mengerti apa yang tadi disampaikan,” kata istrinya. Sang
istri masih belum memahami kejadian yang terjadi di kebun
mereka.
Usai minum air putih, Basirun mulai cerita dari awal
hingga akhir. Ia menceritakan tanaman di kebun yang rusak.
Ia juga menyampaikan telah membuat jebakan di kebun untuk
menjerat orang atau hewan yang merusak kebun mereka.
36 36