Page 49 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 49
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
Buaya itu sempoyongan. Basirun berkali-kali
mengayunkan bambu ke tubuh buaya.
“Mati kau setan,” teriak Basirun dengan kalap. “Mati
kau,,,,,!”
Menerima hantaman berkali-kali, buaya itu sekarat.
Matanya meredup. Terlihat bibirnya bergerak-gerak seakan
hendak mengatakan sesuatu.
“Kamu akan menerima akibat yang telah kamu lakukan
ini,” ucap buaya itu terbata-bata. Tidak lama kemudian, buaya
itu tewas.
Mengetahui buaya itu tewas, Basirun merasa lega.
Bangkai buaya ditarik ke dalam semak-semak pepohonan
sagu. Bangkai buaya itu di buang ke tempat itu.
Basirun kembali ke rumah. Setiba di rumah, Basirun
menceritakan kejadian yang dialaminya tadi kepada istrinya.
Istrinya kaget.
“Kenapa kamu membunuh buaya itu?” tanya istrinya.
“Mengapa tidak kau lepaskan saja?”
Basirun tak menjawab.
“Bisa jadi, itu buaya tuang tanah,” kata istrinya.
Basirun tetap membisu.
“Lalu, bangkainya kamu kuburkan?” tanya istrinya lagi.
Basirun menghela napas panjang. “Tidak! Saya
membuangnya ke semak pohon sagu,” jawab Basirun santai.
Belum selesai berbicara, terdengarlah suara gemuruh
dari langit. Angin bertiup kencang. Petir sambar-menyambar.
Seketika, langit tampak gelap-gulita. Awan gelap menutupi
seluruh permukaan bumi.
Tidak lama kemudian, hujan turun dengan sangat deras.
Topan benhembus kencang dari arah kaki gunung Tarawesi
38 38