Page 94 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 94
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
saya jadikan Putri sebagai istri saya. Jika raksasa Mulu Hito
berusaha menggagalkan niat saya ini, saya akan membuat
perhitungan dengannya.”
“Baiklah kalau itu kehendak ki sanak. Saya akan ikut
bersama ki sanak. Namun tunggulah sejenak. Saya akan
mengambil botol sakti milik kakek raksasa. Semoga botol itu
dapat menolong perjalanan kita saat kakek raksasa mengamuk.”
Saat Kapitan Baman Tausyiah dan Putri Ci masih
berbicara, tiba-tiba terdengar suara ranting patah dari dalam
hutan. Bunyi ranting patah itu seperti diinjak oleh seseorang.
“Kakak raksasa kembali,” ucap Putri Ci.
Segera Kapitan Baman Tausyiah membawa lari Putri Ci.
Ia tidak ingin keduanya tertangkap oleh Mulu Hito.
Tidak berapa lama, Mulu Hito tiba di sarangnya. Ia
membawa banyak hasil buruan. Tak lupa ia membawa buah-
buahan untuk disantap cucunya, Putri Ci.
“Ha, ha, ha, ha,” tawa raksasa itu. “Ini adalah santapan
siang yang sangat lezat. Pasti cucuku akan senang melihat ini
semua,” ucap Mulu Hito.
Terbayang sang cucu yang menyambutnya ketika
pulang dari hutan. Biasanya, sang cucu menyongsongnya di
mulut gua ketika ia kembali dari dalam hutan.
Namun, alangkah terkejutnya Mulu Hito. Tiba di depan
mulut gua, tiada terdengar sapaan Putri Ci. Suasana di sekitar
mulut gua yang biasanya dihiasi suara Putri Ci, kini senyap.
Suasana itu tidak seperti saat ia meninggalkan tempat itu.
Ia mencari ke dalam gua, tetapi tidak terlihat putri
kesayangannya. Malah ia mencium bau tubuh manusia di
sekitar mulut gua. “Ada yang menculik cucuku,” batinnya.
“Oh, rupanya ada manusia yang berani memasuki
istanaku. Berani membawa pergi cucu kesayanganku. Akan
83 83