Page 96 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 96
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
“Hai raksasa kejam. Sudah saatnya bagi kamu untuk
menerima takdirmu. Bersiaplah untuk menyongsong ajalmu,”
teriak Kapitan Baman Tausyiah. Ia balik menantang raksasa
Mulu Hito.
Usai berteriak, Kapitan Baman Tausyiah berenang ke
pinggir sungai Waeapo. Ia hendak membuktikan keberaniannya
melawan raksasa Mulu Hito. Terjadilah pertempuran sengit
antara Kapitan Baman Tausyiah melawan raksasa Mulu Hito.
Kapitan Baman Tausyiah adalah seorang yang gagah berani,
sedangkan raksasa Mulu Hito adalah seorang yang sakti
Pertarungan itu berjalan sengit. Keduanya saling
menyerang tiada henti. Bersungai-sungai Kapitan Baman
Tausyiah menebaskan pedangnya ke tubuh raksasa Mulu Hito.
Akan tetapi, tubuh raksasa Mulu Hito tidak terluka sedikit
pun. Raksasa itu benar-benar sakti.
Pertarungan terus berlanjut. Tidak tampak siapa yang
akan kalah. Hentakan dan raungan terus bergema. Keadaan di
sekitar tempat pertempuran itu menjadi sangat menyeramkan.
Melihat hal itu, Putri Ci mengeluarkan 3 botol sakti
milik raksasa Mulu Hito yang dibawanya saat lari bersama
Kapitan Baman Tausyiah. Putri Ci segera memecahkan ketiga
botol sakti itu.
Bersamaan dengan itu, Kapitan Baman Tausyiah
menyiapkan pedangnya untuk kembali menyerang raksasa
Mulu Hito.
“Rasakan ini,” teriak Kapitan Baman Tausyiah
menghujamkan pedangnya ke jantung raksasa Mulu Hito.
Raksasa Mulu Hito tiada menghindar. Ia tahu dirinya kebal
dari pedang apapun.
Tiba-tiba, raksasa Mulu Hito meringis. Ia merasakan
jantungnya tertusuk pedang. Tampak darah mengucur dari
85 85