Page 104 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 104
http://pustaka-indo.blogspot.com
Ketika para nabi menisbahkan pengalaman dan perasaan
kemanusiaan mereka sendiri kepada Yahweh, dalam
pengertian tertentu mereka berarti telah menciptakan sebuah
ilah dalam citra mereka sendiri. Yesaya, anggota keluarga
kerajaan, melihat Yahweh sebagai raja; Amos menisbahkan
rasa empatinya terhadap kaum miskin kepada Yahweh;
Hosea memandang Yahweh sebagai suami yang
menceraikan, tetapi terus merindukan istrinya. Semua agama
berawal dari antropomorfisme dalam kadar tertentu. Suatu
ilah yang sangat jauh dari kemanusiaan, seperti dilukiskan
oleh konsep Aristoteles tentang Penggerak yang Tidak
Digerakkan, tidak dapat mengilhami pencarian spiritual.
Selama proyeksi semacam ini tidak menjadi tujuan dalam
dirinya sendiri, ia akan tetap berguna dan memberi manfaat.
Harus dikatakan bahwa lukisan imajinatif tentang Tuhan
dalam terma kemanusiaan seperti ini telah mengilhami
keprihatinan sosial yang tidak terdapat di dalam Hinduisme.
Ketiga agama teistik ini ikut memiliki ciri etika sosialis-
egalitariannya Amos dan Yesaya. Orang Yahudi merupakan
umat pertama dari dunia kuno yang menegakkan sebuah
sistem kesejahteraan yang dikagumi oleh para tetangga
pagan mereka.
Seperti semua nabi lain, Hosea dibayangi oleh horor
penyembahan berhala. Dia merenungkan kemarahan ilahi
yang mungkin akan ditimpakan kepada suku-suku di sebelah
utara karena mereka menyembah tuhan-tuhan yang mereka
ciptakan sendiri:
Sekarang pun mereka terus berdosa,
dan membuat baginya patung tuangan dari perak
dan berhala-berhala sesuai dengan kecakapan
mereka;
semuanya itu buatan tukang-tukang.
Persembahkanlah kurban kepadanya! kata
~97~ (pustaka-indo)