Page 109 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 109

http://pustaka-indo.blogspot.com

                   Aku  sendiri  telah  berfirman,  “Kamu  adalah
                   allah,  dan  anak-anak  Yang  Mahatinggi  [El
                   Elyon]  kamu  sekalian.  Namun,  seperti  manusia
                   kalian  akan  mati  dan  seperti  salah  seorang
                   pembesar kamu akan tewas.”
             Ketika  dia  berdiri  untuk  menghadang  Majelis  yang  telah
             dipimpin  oleh  El  sejak  zaman  yang  tak  lagi  bisa  diingat,
             Yahweh  menuduh  tuhan-tuhan  lain  gagal  memenuhi
             tantangan sosial pada masanya. Dia menampilkan etos kasih
             sayang modern para nabi, tetapi kolega-kolega sucinya tidak
             berbuat apa-apa untuk menegakkan keadilan dan persamaan
             selama  bertahun-tahun.  Pada  masa-masa  kuno,  Yahweh
             telah dipersiapkan untuk menerima mereka sebagai Elohim,
                                                     30
             anak-anak  El  Elyon  (“Yang  Mahatinggi”),   namun  kini
             dewa-dewa  itu  telah  membuktikan  bahwa  mereka  telah
             usang. Mereka akan layu seperti manusia yang tidak abadi.
             Penulis  Mazmur  tidak  saja  menggambarkan  Yahweh
             mengutuk  sesamanya,  tetapi  dalam  melakukan  itu  dia  juga
             telah  mengambil  alih  hak  prerogratif  tradisional  El,  yang,
             tampaknya, masih memiliki karisma di Israel.


             Meskipun  ada  penekanan  yang  begitu  keras  yang  terdapat
             dalam  Alkitab,  sebenarnya  tak  ada  yang  keliru  dalam
             penyembahan berhala, per se: ia baru menjadi sesuatu yang
             bisa  ditolak  atau  dianggap  naif  ketika  citra  tentang  Tuhan
             yang  dikonstruksikan  secara  amat  hati-hati,  dibaurkan
             dengan realitas tak terucap yang kepadanya ia merujuk. Kita
             akan  menyaksikan  bahwa  dalam  sejarah  Tuhan  yang
             kemudian,  sebagian  orang  Yahudi,  Kristen,  dan  Muslim
             menggunakan gambaran lama tentang realitas mutlak ini dan
             tiba  pada  sebuah  konsepsi  yang  lebih  dekat  dengan  visi
             Hindu  atau  Buddha.  Namun,  yang  lainnya  tidak  pernah
             berhasil  untuk  menempuh  langkah  ini,  tetapi  berasumsi
             bahwa  konsepsi  mereka  tentang  Tuhan  identik  dengan



                            ~102~ (pustaka-indo)
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114