Page 113 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 113
http://pustaka-indo.blogspot.com
mulai membangun kerajaannya sendiri.
Dalam iklim yang sangat tidak aman ini, kebijakan Kitab
Ulangan memberi pengaruh besar. Bukannya mematuhi
perintah-perintah Yahweh, dua raja terakhir Israel secara
sengaja justru mencumbui bencana. Yosia segera memulai
sebuah pembaruan, bertindak dengan semangat yang patut
diteladani. Semua gambaran, berhala, dan simbol-simbol
kesuburan dicampakkan ke luar Kuil dan dibakar. Yosia juga
meruntuhkan patung besar Asyera dan menghancurkan
kamar-kamar pelacur Kuil, yang menenun pakaian untuk
Asyera di sana. Semua tempat suci kuno di negeri itu, yang
telah menjadi pusat paganisme, dihancurkan. Sejak saat itu,
para rahib hanya diizinkan melakukan upacara kurban untuk
Yahweh di Kuil Yerusalem yang telah disucikan. Para penulis
tawarikh, yang merekam pembaruan Yosia sekitar 300 tahun
kemudian, memberikan deskripsi yang lugas:
Mezbah-mezbah para Baal dirobohkan di
hadapannya [Yosia]; ia menghancurkan
pedupaan-pedupaan yang ada di atasnya; ia
meremukkan dan menghancurluluhkan tiang-tiang
suci berhala, patung-patung pahatan dan
patung-patung tuangan, dan menghamburkannya
ke atas kuburan orang-orang yang
mempersembahkan kurban kepada berhala-berhala
itu. Tulang-tulang para imam dibakarnya di
atas mezbah-mezbah mereka. Demikianlah ia
mentahrirkan Yehuda dan Yerusalem. Juga di
kota-kota Manasye, Efraim, dan Simeon, sampai
di kota-kota Naftali, yang di mana-mana telah
menjadi reruntuhan, ia merobohkan segala
mezbah dan tiang berhala, meremukkan segala
patung pahatan serta menghancurkan semua
36
pedupaan di seluruh tanah Israel.
Ini jauh dari kekhidmatan penerimaan Buddha atas dewa-
~106~ (pustaka-indo)