Page 119 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 119
http://pustaka-indo.blogspot.com
Selama musuh menanti di gerbang, Yeremia membentak
umatnya atas nama Tuhan (meski, di hadapan Tuhan, dia
memohon atas nama mereka). Begitu Yerusalem telah
dikuasai oleh Babilonia pada tahun 587 SM, ramalan Yahweh
menjadi lebih menenangkan: dia berjanji untuk
menyelamatkan umatnya dan memulangkan mereka, karena
kini mereka telah menarik pelajaran dan menjadi insaf.
Yeremia diizinkan oleh penguasa Babilonia untuk tetap
tinggal di Yehuda, dan untuk mengungkapkan keyakinannya
tentang masa depan, dia membeli beberapa rumah: “sebab
beginilah firman TUHAN semesta alam [Yahweh Sabaoth],
Allah Israel: Rumah, ladang, dan kebun anggur akan dibeli
46
pula di negeri ini!” Tidak mengherankan jika banyak orang
menyalahkan Yahweh atas bencana itu. Dalam suatu
kunjungan ke Mesir, Yeremia bertemu sekelompok Yahudi
yang akan pergi ke wilayah Delta dan menyatakan bahwa
mereka sama sekali tak punya waktu lagi buat Yahweh.
Kaum perempuan mereka mengatakan bahwa keadaan
selalu baik ketika mereka menyelenggarakan ritus tradisional
untuk memuja Isytar, Dewi langit. Namun, segera setelah
mereka berhenti melakukan itu karena kehadiran nabi
semacam Yeremia, maka bencana, kekalahan, dan kepahitan
cepat datang mengiringi. Tragedi itu tampak semakin dalam
47
di mata Yeremia. Setelah kejatuhan Yerusalem dan
kehancuran kuil, dia mulai menyadari bahwa jebakan
eksternal agama semacam itu hanyalah simbol dari keadaan
internal dan subjektif. Di masa depan, perjanjian dengan
Israel akan sangat berbeda: “Aku akan menaruh Taurat-Ku
dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati
mereka.” 48
Mereka yang telah pergi ke pengasingan tidak dipaksa untuk
berasimilasi, seperti yang pernah dialami oleh sepuluh suku
~112~ (pustaka-indo)