Page 133 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 133
http://pustaka-indo.blogspot.com
Salah seorang pahlawan masa silam itu, dihormati di
Babilonia sebagai teladan kesabaran dalam penderitaan,
adalah Ayub. Setelah pengasingan, salah seorang yang
berhasil melewatinya menggunakan legenda tua ini untuk
mengajukan pertanyaan mendasar tentang hakikat Tuhan dan
tanggung jawabnya terhadap penderitaan manusia. Dalam
kisah tua ini, Ayub diuji oleh Tuhan; karena dia telah memikul
penderitaan yang berat itu dengan sabar, Tuhan
memberkatinya dengan memulihkan kembali kekayaannya di
masa lalu. Dalam versi baru kisah Ayub, penulisnya konon
memecah legenda tua itu menjadi dua dan menggambarkan
Ayub gusar kepada sikap Tuhan. Bersama tiga
pendampingnya, Ayub dengan berani mempertanyakan
ketetapan Tuhan dan terlibat dalam perdebatan intelektual
yang keras. Untuk pertama kalinya dalam sejarah agama
Yahudi, imajinasi keagamaan beralih kepada spekulasi yang
bersifat lebih abstrak. Para nabi telah mengklaim bahwa
Tuhan membiarkan orang Israel menderita lantaran dosa-
dosa mereka sendiri; penulis kisah Ayub menunjukkan bahwa
sebagian orang Israel tidak lagi puas dengan jawaban-
jawaban tradisional. Ayub menyerang dan mengungkapkan
kelemahan intelektual pandangan ini. Namun, tiba-tiba Tuhan
menyela spekulasinya yang kasar. Dia memperlihatkan diri
kepada Ayub dalam suatu penampakan, mengutarakan
keluarbiasaan dunia yang telah diciptakannya: bagaimana
mungkin seorang makhluk kecil yang lemah, seperti Ayub
berani menentang Tuhan yang transenden? Ayub menyerah,
tetapi seorang pembaca modern, yang mencari jawaban lebih
koheren dan filosofis tentang problem penderitaan, tidak akan
puas dengan solusi semacam ini. Penyusun kisah Ayub
memang tidak mengingkari hak untuk bertanya, tetapi
menyarankan bahwa akal semata tidak memadai untuk
membahas persoalan yang tak teruraikan ini. Spekulasi
intelektual mesti memberi jalan bagi wahyu langsung dari
~126~ (pustaka-indo)