Page 139 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 139
http://pustaka-indo.blogspot.com
para penulis Hikmat. Kita tidak pernah bisa mengetahui
Tuhan sebagaimana dia dalam dirinya sendiri. Philo menulis
bahwa Musa berkata: “Pemahaman tentang aku adalah
sesuatu yang manusia, ya, bahkan seluruh langit dan bumi,
73
tidak mampu menampungnya.” Untuk mengadaptasikan
dirinya kepada kemampuan akal kita yang terbatas, Tuhan
berkomunikasi melalui “kekuasaannya”, yang tampaknya
sama dengan bentuk-bentuk suci Plato (tetapi, Philo tidak
selamanya konsisten tentang ini). Bentuk-bentuk suci ini
merupakan realitas tertinggi yang dapat dijangkau oleh
pikiran manusia. Philo menganggapnya memancar dari
Tuhan, seperti Plato dan Aristoteles memandang bahwa
kosmos memancar secara abadi dari Sebab Pertama. Dua di
antara kekuasaan ini penting secara khusus. Philo
menyebutnya kuasa Kerajaan, yang mengungkapkan Tuhan
dalam keteraturan alam, dan kuasa Kreatif, yang dengannya
Tuhan mengungkapkan diri dalam berkat yang
dilimpahkannya kepada manusia. Setiap kuasa ini tidak bisa
dicampuradukkan dengan esensi ilahi (ousia), yang tetap
terbungkus dalam misteri yang tak tertembus. Kuasa itu
memampukan kita menangkap kilasan realitas yang berada di
atas segala sesuatu yang bisa kita pahami. Terkadang Philo
berbicara tentang wujud esensial Tuhan (ousia) didampingi
oleh kuasa Kerajaan dan Kreatif dalam sebentuk trinitas.
Ketika menginterpretasikan kisah kunjungan Yahweh dan
dua malaikat kepada Abraham di Mamre, misalnya, dia
mengatakan bahwa peristiwa itu merupakan penampilan
kiasan ousia Tuhan—Dia Sebagaimana Adanya—bersama
dua kekuasaan senior. 74
J akan dibuat tercengang oleh hal ini dan, memang, orang
Yahudi selalu memandang konsepsi Philo tentang Tuhan
sebagai tidak autentik. Akan tetapi, orang Kristen
menganggap Philo sangat membantu, dan orang Yunani,
~132~ (pustaka-indo)