Page 141 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 141
http://pustaka-indo.blogspot.com
Kita telah menyaksikan bahwa konsepsi tentang Tuhan
sering merupakan pemikiran imajinatif. Para nabi telah
merefleksikan pengalaman mereka dan merasa bahwa hal itu
berasal dari suatu wujud yang mereka sebut Tuhan. Philo
memperlihatkan bahwa kontemplasi religius memiliki banyak
kesamaan dengan bentuk-bentuk kreativitas lain. Ada saat-
saat, katanya, ketika dia sulit meneruskan penulisan bukunya
dan tidak membuat kemajuan apa pun, tapi terkadang dia
merasa terkuasai oleh tuhan:
Aku … tiba-tiba menjadi penuh, ide-ide turun
bagaikan salju, sedemikian sehingga di bawah
pengaruh kuasa ilahi, aku dipenuhi kegaduhan
Corybantic [ritus dan prosesi dalam pemujaan
Dewi Cybele—dewi alam masyarakat kuno Asia
Minor—yang sangat liar secara emosional,—ed.]
dan menjadi tak sadar akan apa pun, tempat,
orang, waktu saat ini, diri sendiri, apa yang
diucapkan, dan apa yang dituliskan. Karena
aku memperoleh ekspresi, gagasan, kebahagiaan
hidup, pandangan tajam, kejelasan yang luar
biasa atas objek-objek seperti yang mungkin
terjadi lewat penglihatan mata yang sangat
76
jernih.
Segera setelah itu, tidak mungkin lagi bagi orang-orang
Yahudi untuk mencapai sebuah sintesis dengan dunia Yunani.
Pada tahun kematian Philo terjadi pembunuhan sistematik
atas komunitas Yahudi di Aleksandria dan merebaknya
ketakutan akan kebangkitan Yahudi. Ketika Romawi
menegakkan imperium mereka di Afrika Utara dan Timur
Tengah pada abad kesatu SM, mereka menenggelamkan diri
dalam kebudayaan Yunani, menggabungkan dewa-dewa
nenek moyang mereka dengan dewa-dewa Yunani dan
mengadopsi filsafat Yunani dengan sangat antusias. Namun,
mereka tidak mewarisi sikap permusuhan Yunani terhadap
orang Yahudi. Sebaliknya, mereka tak jarang lebih membela
~134~ (pustaka-indo)