Page 146 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 146
http://pustaka-indo.blogspot.com
yang membimbing manusia dari atas dan tak terjangkau.
Para rabi membuat dia hadir sangat dekat di dalam diri
manusia dan dalam perincian terkecil kehidupan sehari-hari.
Setelah kehilangan Kuil dan menjalani lagi pengalaman di
pengasingan, orang Yahudi membutuhkan Tuhan di tengah-
tengah mereka. Para rabi tidak mengonstruksikan doktrin
formal tentang Tuhan. Sebaliknya, mereka mengalaminya
sebagai kehadiran yang nyata. Spiritualitas mereka telah
dideskripsikan sebagai keadaan “mistisisme yang normal”. 79
Dalam ayat-ayat Talmud yang paling awal, Tuhan dialami
dalam fenomena fisik yang misterius. Para rabi berbicara
mengenai Roh Kudus, yang telah berpikir tentang penciptaan
dan pembangunan tempat suci, membuat kehadirannya dapat
dirasakan dalam embusan angin atau kobaran api. Yang lain
mendengarnya dalam dentangan lonceng atau suara ketukan
yang keras. Suatu hari, contohnya, ketika Rabi Yohannan
duduk berdiskusi tentang pengalaman Yehezkiel melihat
kereta perang, sebuah nyala api turun dari langit dan
malaikat-malaikat berdiri di dekatnya: sebuah suara dari
langit mengonfirmasikan bahwa Rabi itu mempunyai suatu
misi khusus dari Tuhan. 80
Begitu kuatnya perasaan mereka tentang kehadiran sehingga
tak ada doktrin formal dan objektif yang sesuai. Para rabi
sering menyatakan bahwa di gunung Sinai, setiap orang
Israel yang berdiri di kaki bukit telah mengalami Tuhan dalam
cara yang berbeda. Tuhan telah, sebagaimana mestinya,
menyesuaikan dirinya kepada setiap orang “sesuai dengan
81
derajat pemahaman mereka”. Seperti dinyatakan oleh
seorang rabi: “Tuhan tidak datang kepada manusia dengan
penuh paksaan, tetapi selaras dengan kekuatan pemahaman
82
seorang manusia terhadapnya.” Pandangan rabinik yang
sangat penting ini bermaksud bahwa Tuhan tidak dapat
~139~ (pustaka-indo)