Page 144 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 144
http://pustaka-indo.blogspot.com
tentang kehadiran Tuhan dalam setiap perincian kecil
kehidupan sehari-hari. Orang Yahudi kini dapat langsung
mendekati Tuhan tanpa perantaraan kasta rahib dan tanpa
ritual yang rumit. Mereka dapat beroleh ampunan dosa
dengan cara berbuat baik kepada tetangga mereka; sedekah
merupakan mitzvah terpenting di dalam Taurat; ketika dua
atau tiga orang Yahudi belajar Taurat bersama-sama, Tuhan
hadir di tengah-tengah mereka. Selama beberapa tahun di
awal abad itu, muncul dua aliran yang saling bertentangan:
satunya dipimpin oleh Shammai yang Tua, yang lebih ketat,
yang lain dipimpin oleh Rabi hillel yang Tua, yang merupakan
kelompok Farisi paling populer saat itu. Ada sebuah cerita
bahwa suatu hari seorang pagan mendatangi Hillel dan
berkata kepadanya bahwa dia pasti akan menganut
Yudaisme jika rabi itu mampu membaca semua isi Taurat
sambil berdiri di atas sebelah kaki. Hillel menjawab, “Jangan
melakukan kepada orang lain suatu perbuatan yang engkau
sendiri tidak ingin dilakukan kepada dirimu. Itulah
keseluruhan Taurat: pergi dan pelajarilah.” 77
Pada tahun 70 yang penuh musibah itu, Farisi berkembang
menjadi Yudaisme Palestina yang paling penting dan
disegani; mereka telah membuktikan kepada umat bahwa
mereka tidak membutuhkan Kuil untuk menyembah Tuhan,
sebagaimana diperlihatkan oleh kisah masyhur berikut ini:
Ketika Rabi Yohannan ben Zakkei tiba dari
Yerusalem, Rabi Yoshua mendatanginya dan
diceritakan bahwa Kuil telah dihancurkan.
“Celakalah kita!” seru Rabi Yoshua, “tempat
penebusan dosa-dosa orang Israel telah
dirobohkan!”
“Anakku,”jawab Rabi Yohannan, “janganlah
berduka. Kita memiliki tempat penebusan lain
~137~ (pustaka-indo)