Page 142 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 142
http://pustaka-indo.blogspot.com
orang Yahudi daripada orang Yunani, memandang mereka
sebagai sekutu penuh di kota-kota Yunani yang masih
menyimpan sisa-sisa permusuhan terhadap Romawi. Orang
Yahudi diberi kebebasan beragama sepenuhnya: agama
mereka dikenal sebagai agama besar di zaman antik dan
dihormati. hubungan antara Yahudi dan Romawi biasanya
selalu baik, sekalipun di Palestina, yang sering sulit menerima
pemerintahan asing. Pada abad kesatu M, Yudaisme berada
dalam posisi yang sangat kuat dalam kerajaan Romawi.
Sepersepuluh dari seluruh wilayah kerajaan diisi komunitas
Yahudi: di Aleksandria, empat puluh persen penduduk adalah
orang Yahudi. Orang-orang di kerajaan Romawi tengah
mencari alternatif agama baru. Gagasan monoteistik sedang
merebak, dewa-dewa lokal tak lama kemudian hanya
dianggap sebagai perwujudan dari keilahan yang lebih luas.
Orang Romawi tertarik pada karakter moral Yudaisme yang
tinggi. Mereka yang keberatan untuk disunat dan mengikuti
Taurat sering dijadikan anggota kehormatan sinagoga-
sinagoga dan disebut sebagai “orang yang takut kepada
Allah”. Jumlah mereka terus meningkat: bahkan diperkirakan
bahwa salah seorang kaisar Flavian mungkin telah beralih ke
Yudaisme, sementara Konstantin nantinya beralih ke Kristen.
Namun di Palestina, sebuah kelompok politik ekstrem dengan
keras menentang pemerintahan Romawi. Pada 66 M,
mereka merancang sebuah pemberontakan melawan
Romawi dan, di luar dugaan, berhasil menghambat gerak
maju pasukan Romawi selama empat tahun. Para penguasa
cemas, pemberontakan itu akan meluas kepada kaum Yahudi
diaspora lainnya dan terpaksa menumpasnya tanpa ampun.
Pada 70 M, tentara kaisar baru Vespasian akhirnya
menguasai Yerusalem, meratakan Kuil dengan tanah, dan
menjadikannya Kota Romawi bernama Aelia Capitolana.
Sekali lagi orang Yahudi terusir ke pengasingan.
~135~ (pustaka-indo)