Page 160 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 160
http://pustaka-indo.blogspot.com
Dalam Injil Matius, Yesus ditampilkan mengeluarkan
kecaman sangat keras terhadap “ahli-ahli Taurat dan orang-
orang Farisi”, menyebut mereka sebagai kaum munafik. 6
Selain bahwa ini merupakan distorsi fakta yang penuh
tuduhan dan pelanggaran mencolok terhadap kasih sayang
yang semestinya menjadi karakter dari misinya, kecaman
pahit terhadap kaum Farisi ini hampir pasti tidak autentik.
Lukas, misalnya, memberikan komentar yang cukup positif
tentang kaum Farisi, baik di dalam Injil maupun Kisah para
Nabinya, dan Paulus tidak mungkin akan menyingkapkan
latar belakang Farisinya jika mereka betul-betul merupakan
musuh besar Yesus yang telah menggiringnya ke tiang salib.
Nada antiSemitik Injil Matius mencerminkan ketegangan
antara orang-orang Yahudi dan Kristen selama tahun 80an.
Injil sering menunjukkan Yesus berdebat dengan kaum Farisi,
tetapi perdebatan itu mungkin saja bersifat bersahabat atau
mungkin juga memperlihatkan perselisihan pendapatnya
dengan aliran Sammai yang lebih ketat.
Setelah kematiannya, para pengikutnya berkeyakinan bahwa
Yesus adalah kudus. Ini tidak terjadi secara langsung;
sebagaimana akan kita saksikan, doktrin bahwa Yesus adalah
tuhan yang berwujud manusia baru terbentuk pada abad
keempat. Perkembangan kepercayaan Kristen tentang
Inkarnasi merupakan proses yang kompleks dan berkembang
secara perlahan. Yesus sendiri tak pernah mengaku sebagai
tuhan. Pada hari pembaptisannya, oleh suara dari langit dia
dipanggil dengan sebutan Anak Tuhan, namun ini mungkin
hanya sebuah konfirmasi bahwa dia adalah Mesias yang
dicintai. Tak ada yang luar biasa tentang maklumat dari atas
semacam itu: para rabi juga sering mengalami apa yang
mereka sebut bat qol (secara harfiah berarti “Anak
Perempuan Sang Suara”), sebentuk inspirasi untuk
7
menggantikan wahyu kenabian yang lebih langsung. Rabi
~153~ (pustaka-indo)