Page 161 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 161
http://pustaka-indo.blogspot.com
Yohannan ben Zakkai telah mendengar bat qol semacam itu
yang mengonfirmasi misi baginya pada suatu kesempatan
ketika Roh Kudus menjelma di hadapannya dan di hadapan
murid-muridnya dalam bentuk nyala api. Yesus sendiri biasa
menyebut dirinya “Anak Manusia”. Ada banyak kontroversi
menyangkut masalah gelar ini, tetapi sepertinya frasa aslinya
dalam bahasa Aram (bar nasha) sekadar menekankan
kondisi manusia yang lemah dan tidak abadi. Jika demikian,
kelihatan sekali bahwa Yesus dengan caranya sendiri telah
menekankan bahwa dia adalah manusia lemah yang suatu
waktu pasti akan menderita dan mati.
Injil mengatakan kepada kita bahwa Tuhan telah memberi
Yesus beberapa “kekuatan” ilahiah (dunamis) yang,
bagaimanapun, akan memampukan dia, meskipun hanya
seorang manusia biasa, untuk menjalankan tugas-tugas yang
seperti Tuhan: menyembuhkan penyakit dan mengampuni
dosa. Oleh karena itu, ketika orang-orang menyaksikan
perbuatan Yesus, tindakan itu tampak memiliki citra yang
hidup mengenai Tuhan. Pada suatu kesempatan, tiga orang
muridnya mengklaim telah melihat hal ini lebih jelas daripada
biasanya. Kisah itu terabadikan dalam ketiga Injil sinoptik
dan menjadi penting bagi generasi Kristen berikutnya.
Diceritakan bahwa Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan
Yohanes naik ke sebuah gunung tinggi, yang secara
tradisional dikenal sebagai gunung Tabor di Galilea.
Kemudian di sana, Yesus “berubah rupa” di hadapan
mereka: “Wajahnya bercahaya seperti matahari dan
8
pakaiannya menjadi putih bersinar.” Musa dan Elia, masing-
masing mewakili Taurat dan para nabi, tiba-tiba muncul di
sisinya dan ketiga orang itu berbincang-bincang bersama.
Petrus sangat terkesima dan berteriak keras, entah apa yang
diucapkannya, bahwa mereka harus mendirikan tiga kemah
untuk mengabadikan penampakan ini. Segumpalan awan,
~154~ (pustaka-indo)