Page 166 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 166
http://pustaka-indo.blogspot.com
yang tak terbatas, yang dapat membimbing orang-orang yang
kurang beruntung secara spiritual. Seseorang yang berdoa
kepada bodhisattva akan dilahirkan kembali di dalam salah
satu surga menurut kosmologi kaum Buddhis, yang
kondisinya membuat pencapaian pencerahan menjadi lebih
mudah.
Naskah-naskah itu menekankan bahwa gagasan ini tidak
dapat diinterpretasikan secara harfiah. Tak ada kaitannya
sama sekali dengan logika atau peristiwa-peristiwa di dunia
ini, melainkan semata-mata simbol dari kebenaran yang lebih
sukar untuk dipahami. Pada awal abad kedua M, Nagarjana,
filosof yang mendirikan Mazhab Kehampaan, menggunakan
paradoks dan sebuah metode dialektika untuk membuktikan
kekuranglayakan bahasa konseptual biasa. Kebenaran
tertinggi, menurutnya, hanya mungkin ditangkap secara
intuitif melalui latihan meditasi mental. Bahkan, ajaran
Buddha merupakan ide-ide konvensional buatan manusia
yang tidak memiliki kesepadanan dengan realitas yang ingin
disampaikannya. Kaum Buddhis yang mengadopsi filsafat ini
mengembangkan suatu kepercayaan bahwa segala yang kita
alami ini adalah ilusi: di Barat, mereka disebut sebagai kaum
idealis. Yang Mutlak, yaitu hakikat batiniah dari segala
sesuatu, adalah kehampaan, kekosongan, yang tidak memiliki
eksistensi dalam pengertian biasa. Sangat alamiah untuk
menyamakan kehampaan ini dengan nirvana. Ketika
seorang Buddha semacam Gautama telah mencapai
nirvana, maka dengan cara yang tak dapat diucapkan, dia
telah menjadi nirvana dan identik dengan Yang Mutlak.
Dengan demikian, setiap orang yang berusaha mendapatkan
nirvana berarti juga mencari keidentikan dengan Buddha.
Tidaklah sulit untuk melihat bhakti (pengabdian) kepada
Buddha dan bodhisattva ini mirip dengan kesetiaan orang
~159~ (pustaka-indo)