Page 168 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 168

http://pustaka-indo.blogspot.com
             Segalanya  dengan  cara  tertentu  hadir  di  dalam  tubuh
             Krishna: dia tak berawal atau berakhir, dia memenuhi ruang,
             dan mencakup semua dewa yang mungkin ada: “Dewa badai
             yang  riuh,  dewa-dewa  matahari,  dewa-dewa  terang,  dan
                              13
             dewa-dewa  ritual.”   Dia  juga  adalah  “jiwa  manusia  yang
                                                 14
             tak pernah lelah”, “esensi kemanusiaan”.  Segalanya berlari
             menuju Krishna, seperti sungai mengalir ke laut atau seperti
             serangga  terbang  menuju  cahaya  terang.  Ketika  menatap
             pemandangan mengagumkan ini, Arjuna hanya bisa gemetar,
             menggigil, hampir kehilangan seluruh kesadarannya.

             Perkembangan  bhakti  menjawab  kebutuhan  terdalam
             manusia  akan  sejenis  hubungan  pribadi  dengan  yang
             mahatinggi.  Setelah  menetapkan  Brahman  sebagai  yang
             sungguh-sungguh  transenden,  muncul  bahaya  bahwa  dia
             akan  menjadi  jauh  dan,  sebagaimana  dewa  langit  zaman
             kuno,   memudar    dari   kesadaran   manusia.   Evolusi
             bodhisattva  dalam  Buddhisme  dan  avatar-nya  Wishnu
             tampaknya mewakili tahap lain dalam perkembangan agama
             ketika  orang-orang  berpandangan  bahwa  Yang  Mutlak  itu
             pasti tak jauh berbeda dari manusia. Akan tetapi, doktrin dan
             mitos  simbolik  ini  menyangkal  bahwa  Yang  Mutlak  dapat
             diekspresikan  hanya  melalui  satu  penampakan:  sebab  ada
             banyak  Buddha  dan  bodhisattva,  bahkan  Wishnu  memiliki
             bermacam-macam      avatar.    Mitos-mitos   ini   juga
             mengungkapkan  sebuah  keidealan  bagi  manusia:  manusia
             yang  tercerahkan  atau  dimuliakan,  sebagaimana  yang
             dimaksudkan baginya.

             Pada  abad  kesatu  M,  dalam  Yudaisme  terdapat  rasa  haus
             yang  sama  akan  kedekatan  dengan  yang  ilahi.  Yesus  sang
             manusia  tampaknya  telah  memenuhi  kebutuhan  itu.  Paulus,
             penulis  Kristen  paling  awal  yang  menciptakan  agama  yang
             kini kita kenal sebagai Kristen, percaya bahwa Yesus telah



                            ~161~ (pustaka-indo)
   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173