Page 172 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 172
http://pustaka-indo.blogspot.com
Yang walaupun dalam rupa Allah
Tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya
sendiri,
dan mengambil rupa seorang hamba
dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaan sebagai manusia,
Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat
sampai,
bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia
dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas
segala nama,
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala
yang ada di langit
dan yang ada di atas bumi dan yang ada di
bawah bumi,
dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus
adalah Tuhan [kyrios],”
bagi kemuliaan Allah, Bapa! 23
Himne ini tampaknya mencerminkan sebuah kepercayaan di
kalangan generasi pertama Kristen bahwa Yesus telah
mengalami sejenis eksistensi awal “bersama Allah” sebelum
menjadi seorang manusia dalam tindakan “pengosongan diri”
(kenosis) yang dengannya, seperti seorang bodhisattva, dia
memutuskan untuk ikut memikul penderitaan manusia.
Paulus terlalu Yahudi untuk dapat menerima ide tentang
eksistensi Kristus sebagai wujud suci kedua di samping
YHWH sejak zaman azali. Himne itu memperlihatkan bahwa
setelah pengagungannya, dia tetaplah berbeda dengan, dan
lebih rendah daripada, Allah yang telah membangkitkannya
dan menganugerahkan gelar kyrios kepadanya. Dia tidak
dapat mengadakan hal itu untuk dirinya sendiri, tetapi gelar
itu pun diberikan hanya demi “kemuliaan Allah Bapa”.
Sekitar empat puluh tahun kemudian, penulis Injil Yohanes
~165~ (pustaka-indo)